Mereka bertanya kepadamu tentang
berperang pada bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu
adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir
kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan
berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak
henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."(QS Al-Baqarah
2:217)
Beberapa waktu yang lalu, saat menulis tentang “Awas Dajjal Menyerang Rumah Anda”,
penulis menemukan hal baru yang selama ini kurang diperhatikan, yaitu
tentang “Subliminal Message” (pesan-pesan yang disampaikan ke alam bawah
sadar seseorang sehingga ia tidak menyadarinya meskipun menerimanya ke
dalam otak).
Semakin berusaha mempelajari, penulis menjadi semakin khawatir akan bahayanya.
“Subliminal Message” ini mampu menyuruh seseorang atau mampu memberikan instruksi yang kemudian dilakukan oleh orang tersebut, tanpa yang bersangkutan sadar
dirinya sedang disuruh. Melihat definisi praktis ini, penulis
mengkhawatirkan bahwa hal ini “Subliminal Message” termasuk sihir.
Sihir, sebagaimana kita ketahui,
merupakan sebuah tindakan memanipulasi seseorang sehingga ia mengalami
sesuatu, atau melakukan sesuatu, atau membenci sesuatu, atau menyukai
sesuatu, tanpa kemauan atau kesadarannya.
“Subliminal Message” dilakukan bukan dengan mantra atau sesajen sebagaimana sihir, namun dengan teknik-teknik psikologi rekayasa dan manipulasi atau apapun namanya yang pada dasarnya memanfaatkan teknik-teknik memanipulasi kesadaran. Aktifitas ini dapat dimasukkan ke dalam “mind control”
atau pengendalian pikiran di mana di dalamnya termasuk “brainwashing”
(cuci otak), “hypnotizing” (hipnotis), sihir, dan lain sebagainya.
Seringkali kita tak dapat menarik garis batas yang jelas antara satu
sama lain.
Dalam Islam, sihir dan yang sejenisnya
haram bahkan pelakunya adalah musyrik. Dukun-dukun sihir termasuk
katagori “thaghut” kemusyrikan dan tentu saja sudah dianggap keluar dari
Islam alias kafir.
Lebih jauh dapat kita lihat bahwa keseluruhan aktifitas mind control (kendali pikiran) ini adalah aktifitas yang termasuk katagori 'menghilangkan akal' sebagaimana narkoba dan minuman keras (khamr).
Mind Control [Kendali Pikiran] Sebagai Alat Pengendali Massa
Pada tahun 1949, George Orwell,
seorang novelis menulis karyanya yang cukup monumental yaitu “1984”.
Dalam novel tersebut Orwell menggambarkan (atau memperingatkan) bahwa
kelak pada tahun 1984 ada sebuah negara yang sedemikian rupa merampas
kebebasan rakyatnya hingga melakukan pengintaian warga dan pengendalian
massa lewat media dan propaganda.
Ketika novel tersebut ditulis, orang
memahami bahwa itulah yang dilakukan oleh negara-negara komunis terhadap
rakyatnya. Namun kini, tampaknya bahkan hal tersebut terjadi di negara
“bebas” bernama Amerika.
Steven Jacobson, penulis buku Mind Control in the United States,
adalah teknisi film berpengalaman dalam teknik “Subliminal Message”
yang digunakan dalam media komunikasi. Ia mengungkapkan betapa masalah mind control - kendali pikiran
ini sungguh sangat mengkhawatirkan, sebab menurut dia teknik ini sangat
kuat pengaruhnya, sangat efektif dan lebih mengerikan lagi, tidak
disadari oleh yang menjadi korban atau obyeknya. Ia juga mengkhawatirkan
penggunaan teknik ini menjadi liar tak terkendali sebab selain pihak
otoritas belum memberikan aturannya, juga bahkan teknik ini tidak banyak
diketahui selain oleh insan-insan media dan para pemerhatinya.
Di Amerika Serikat lewat internet ada sedikit geliat usaha untuk berusaha menyembunyikan atau 'mengkaburkan kenyataan tentang betapa efektifnya teknik ini',
namun sebagaimana sifat dunia maya, pro dan kontra tidak terbendung
masuk ke jalur diskusi, dan pada akhirnya kita dapat menarik kesimpulan
sendiri bahwa ternyata ke-efektif-annya. Diskusi dapat dengan kita lihat
dari berbagai komen di blog-blog dan situs-situs yang membicarakannya.
Dan kita bahkan dapat menemukan para penjual konten-konten “Subliminal
Message” ini untuk kepentingan komersial yang ditujukan bagi para
pengguna pribadi maupun lembaga atau perusahaan yang mau menggunakannya.
Kelompok seperti ini adalah kelompok yang jelas dan tegas menguraikan
betapa efektifnya cara ini.
Dalam bukunya Mind Control in the United States, Steven Jacobson menguraikan mengapa teknik ini begitu efektif.
Pertama, teknik ini menggarap
alam bawah sadar manusia yang memiliki kekuatan besar saat diolah dengan
tepat. Dengan mengalihkan si manusia dari aktifitas berpikir dan
mengandalkan perasaannya untuk bertindak, ide yang dimasukkan akan
diterima tanpa perlawanan.
Kedua, penggunaan berbagai alat
tambahan seperti musik, warna kontras, dan berbagai teknik pengolahan
di studio, kekuatan “Subliminal Message” ini semakin bertambah.
Ketiga, ketika beroperasi di alam bawah sadar, dorongan nafsu-nafsu (syahawat) manusia yang dibawa sejak lahir bagaikan bahan bakar yang tidak habis-habisnya bagi ke-efektif-an teknik ini.
Kempat, terdapat sejumlah pihak
yang sangat bernafsu menggunakannya dan karenanya rela mengeluarkan
biaya besar untuk membeli produk seperti ini bahkan membiayai
riset-risetnya. Dengan kekuatan uang mereka pula-lah segala kontroversi
etikanya dapat diredam ke bawah permukaan sehingga sebagian besar
masyarakat dunia tidak tahu menahu soal jahat tersebut.
Siapa Yang Memanfaatkan Teknik-Teknik Ini?
Terlepas dari pro-kontra masyarakat (itu pun hanya di antara kalangan yang memahami masalah ini), teknik-teknik mind control – kendali pikiran
digunakan oleh banyak pihak. Khususnya mereka yang bergerak di bidang
media massa baik elektronik maupun cetak, mereka sangat faham dan sangat
memanfaatkan teknik-teknik ini untuk kepentingan mereka sendiri.
“Subliminal Message” dan yang sejenisnya
digunakan sebagai alat politik negara (baca: penguasa saat itu),
termasuk untuk kampanye pemenangan pemilu, baik untuk menggerakkan orang
memilih kandidat tertentu, maupun untuk mengirim pesan tersembunyi yang
mengungkap siapa jati diri sesungguhnya dari kandidat tersebut.
Lihat site ini:“Barak Obama Subliminal Messages” |
Selain penggunaan oleh pihak-pihak
“otoritas”, teknik ini juga luas digunakan oleh perusahaan pembuat iklan
dalam rangka meningkatkan penjualan produk yang diiklankannya.
Pihak militer juga diketahui menggunakan
teknik “Subliminal Message” ini untuk melakukan “Healing” atau terapi
atas para serdadu yang mengalami trauma perang. Setidaknya itulah yang
diakui secara terbuka, dan tentunya pihak militer tak berbeda dalam
sikap mereka menggunakan teknik-teknik ini untuk tujuan intelijen maupun
”Psywar” (perang psikologis) terhadap musuh. Disinyalir intelijen
Amerika menggunakannya misal dalam film The Exorcist.
Namun ada yang lebih mengkhawatirkan
lagi, yaitu ketika “Subliminal Message” disinyalir digunakan oleh para
pembuat film dan games, baik film maupun games dewasa dan anak-anak,
pertanyaannya adalah “Untuk tujuan apa?” atau “Untuk kepentingan siapa?”.
Dan lebih mengerikan lagi ternyata kebanyakan “Subliminal Message” yang
digunakan oleh pihak-pihak ini justru mempromosikan sex, pornografi dan
sejenisnya! Apalagi yang dapat kita simpulkan bahwa “tujuan” mereka
tidak lain adalah penyesatan ummat manusia ke jalan setan dan membentuk budaya kerusakan moral yang luar biasa.
Apa Akibatnya Jika Teknik Ini Digunakan Secara Luas?
Sebenarnya tidak ada data apakah saat ini teknik-teknik mind control – kendali pikiran
tersebut belum digunakan secara luas. Sangat boleh jadi sudah. Namun
mungkin bisa lebih parah lagi jika kita tidak berusaha menghentikannya.
Sebagaimana disebutkan di atas, mind control – kendali pikiran dengan subliminal message yang saat ini sebagai primadonanya, telah digunakan oleh beberapa pihak.
- Pihak “otoritas” atau pemerintah resmi, dan berarti penggunaanya di jalur politik.
- Media massa
- Para produsen hiburan
- Para pembuat iklan untuk keperluan komersial.
- Pribadi-pribadi maupun perusahaan maupun lembaga yang membeli dari produsen konten subliminal.
- Intelijen
- Siapa lagi?
Pada hakekatnya, sebagaimana semut
tertarik pada bau manisnya gula, maka siapapun yang mungkin merasa akan
mendapat keuntungan dengan penggunaan teknik-teknik ini, pasti akan
berbondong-bondong menggunakannya. Di tengah dunia penghamba
materialisme saat ini, semua ukurannya adalah keuntungan materi.
Meskipun ada juga pihak yang menginginkan teknik ini untuk pencapaian
tujuan mereka yang bersifat non-material, misalnya para penganjur
gerakan budaya rusak penghamba setan.
Apa Akibat Yang Mungkin Timbul?
Coba kita lihat dari yang paling ringan,
yaitu digunakan secara luas oleh pribadi-pribadi yang memang membeli
konten-konten tersebut untuk kebutuhan pribadinya. Misalnya untuk
merubah kebiasaan malas menjadi rajin, membuat seseorang yang tak bisa
berdagang menjadi mampu berdagang dengan sukses dsb.
Menurut hemat kami
perubahan diri yang disebabkan oleh sugesti subliminal message
bukanlah sebuah perubahan yang benar-benar baik. Pasti cepat atau lambat
akan ketahuan apa kelemahan cara ini dalam mengatasi
kelemahan-kelemahan seseorang. Yang pasti, karena si orang yang
bersangkutan ‘tidak menyadari’ proses perubahan dirinya dari malas
menjadi rajin, maka pada hakekatnya ia tak dapat membagi pengalaman
tersebut pada orang lain. Juga karena proses ini berjalan instan/segera
di alam luar kesadaran, maka jika orang tersebut kembali terkena
penyakit malas maka ia tak bisa mengembalikan dirinya kembali menjadi
rajin kecuali dengan kembali menggunakan sugesti subliminal message ini.
Ya tentu saja, sebab ia tidak dapat mengingat proses perubahan dirinya
dari malas menjadi rajin maka ia tak dapat mengulangi proses tersebut
dalam kesadaran penuh, alias: ia tergantung pada konten-konten tersebut
ketika penyakit lamanya kembali menyerang.
Bukankah itu berarti pada hakekatnya ia belum sembuh atau belum benar-benar menjadi baik?
Bagaimana Jika Digunakan Oleh Media Massa Baik Elektronik Maupun Cetak?
Kita akan melihat orang-orang yang amat mudah dibentuk opininya oleh media. Dan sesungguhnya ini sudah terjadi!
Coba kita lihat betapa cepatnya satu
opini menjadi opini publik padahal kebenaran belum dibuktikan. Misal
dalam ‘buruknya’ Gayus. Memang dia banyak salah, namun apakah masyarakat
tidak berpikir bahwa seorang Gayus tak akan menjadi seorang Gayus jika
para penerima suap tidak ada! Lantas mengapa hanya Gayus yang harus
buruk sendiri? Mengapa segala berita tindak lanjut tentang oknum-oknum
yang terlibat dapat di “lupakan” dari agenda pemberitaan?
Bagi media massa, rumusnya sederhana saja: Bad news is good news!
Berita buruk adalah “berita baik” bagi media. Artinya: berita buruk
adalah berita yang paling menguntungkan bagi media sebab masyarakat
pasti ingin tahu soal itu. Maka jika kini Gayus sudah bukan selebriti
berita lagi adalah karena sudah ada Nazarudin yang kabur ke Singapura,
sebelumnya ada Malinda Dee soal kartu kredit dan sebelumnya dan
sebelumnya.
Semua berakhir demikian saja, tak ada
pendidikan sosial yang baik bagi masyarakat. Sebab setiap pelaku
kejahatan ramai dibicarakan saat kasusnya heboh pertama kali, lengkap
dengan detil-detil yang seringkali masih dugaan-dugaan.
Dalam Islam, penyebar luasan perbuatan
keji adalah dilarang, meskipun terbukti, namun hukuman atas pelaku harus
disiarkan secara terbuka. Silahkan anda simak kasus penyebar-luasan
gossip atas Aisyah ra. yang terkenal dengan kasus “hadits ifqy”.
Kini yang ada malah sebaliknya,
perbuatan jahat disebar luaskan hingga detil-detilnya (termasuk
rekonstruksi kejahatan kriminal) sedangkan pelaksanaan hukumannya tak
lagi menjadi berita. Alasannya sederhana: gak seru, ‘gak menjual’!
Kami memandang sisi subliminal message
yang lebih berbahaya pada media justru ketika mereka menampilkan para
presenter wanita dengan baju-baju seksi. Dan ini dapat anda lihat sudah
merupakan trend internasional. Jadi sebenarnya para pembaca berita
tersebut diam-diam sedang menyiarkan ‘pesan-pesan’ yang lain kepada
pemirsanya, terutama kaum pria! Sebenarnya apa maksud media menampilkan
presenter seksi? Bukankah tak ada hubungannya dengan berita? Ya,
pertanyaan yang sangat perlu di angkat, sebab sebenarnya boleh jadi
tingginya rating acara berita bukan karena beritanya selalu bermutu,
namun karena media tersebut berhasil menjadikan syahwat seks (yang
merupakan nafsu fitrah) sebagai daya tarik media-media tersebut yang
diberikan lewat subliminal message! Anda dapat merujuk kepada tulisan “Wanita Pembawa Berita”.
Ketika digunakan sebagai senjata utama
di bidang periklanan, maka masyarakat yang memang sudah menjadi
materialis semakin gila materi. Sebab benda-benda di iklankan dengan
‘sihir modern’ secara diam-diam.
Dapatkah anda bayangkan bahwa kepala
anda dipenuhi berbagai keinginan kuat yang tak dapat anda jelaskan
darimana, misalnya ingin belanja ini dan itu tanpa berpikir kesanggupan
membayar tagihan kreditnya?
Budaya konsumerisme saat ini, dimana
banyak sekali jenis barang maupun penjualnya, dimana orang (khususnya
Amerika sebagai negara contoh) sudah menghamba pada kartu kredit dan
meskipun Amerika baru saja mengalami kebangkrutan gara-gara bubble economy,
namun masih saja kita dapati banyak orang yang membeli barang-barang
yang tidak ia butuhkan. Ya, Amerika baru saja mengalami gelombang kejut
ekonomi akibat menggelembungnya tagihan kartu kredit masyarakat yang tak
terbayarkan.
Timbulnya istilah shopaholic
yaitu kegilaan belanja adalah salah satu bentuk sebab akibatnya. Karena
isi kepala yang kosong iman, ada manusia-manusia yang terjebak dalam
kegilaan terhadap materi sampai benar-benar dapat dikatagorikan kelainan
jiwa.
Jika anda pernah menonton serial
“Hoarders” (Biography channel), maka mungkin anda akan segera mengerti
maksud saya akan betapa mengerikan akibatnya bagi orang-orang yang
sangat terpengaruh dengan budaya konsumerisme sampai-sampai menjadi
penimbun (hoarder=penimbun) yang kehilangan akal sehat. Dalam gambar
berikut ada cuplikan berita dari Amerika tentang keadaan orang-orang
yang seperti itu.
Kerakusan manusia, kerusakan mental
karena nafsu memiliki benda dan menimbunnya dan bangkrutnya masyarakat
dengan timbunan hutang dan sampah. Itulah gambaran yang akan kita dapati
dari masyarakat korban konsumerisme.
Pemenangnya Hanyalah Masyarakat Yahudi Minoritas Yang Menguasai Perbankan dan Perkreditan Ribawi.
Periklanan lagi-lagi juga menggunakan
dorongan nafsu seks sebagai ujung tombaknya. Coba anda perhatikan berapa
banyak iklan yang menggunakan wanita seksi sebagi bintangnya padahal
barang yang diiklankan sama sekali bukan minat wanita? Iklan oli mesin,
aki mobil, iklan deodoran pria dan sebagainya. Mudah saja alasannya,
yaitu karena sasaran iklan adalah kaum pria.
Dari obrolan di blog-blog yang membicarakan subliminal message di film-film Disney, ada yang berpendapat bahwa penggunaan subliminal message
berupa pornografi dan pornoaksi untuk orang dewasa adalah agar para
orangtua ‘betah’ ikut nonton bersama anak-anak mereka sehingga semakin
mengakrabkan hubungan orangtua dan anak! Anda percara dengan ‘niat baik’
seperti ini? Jelas saya tidak percaya. Sebab, penggunaan subliminal message
berupa pornografi dan pornoaksi untuk orang dewasa di film-film
tersebut sebenarnya menyasar/mentargetkan agar para bapak bersedia
membeli film-film tersebut untuk anaknya, juga sebenarnya ada
tujuan-tujuan lebih jauh lagi yaitu merusakkan mental generasi muda. Ini
merupakan agenda tersembunyi dari golongan penghamba setan.
Selain akan meledaknya kegilaan belanja
dan meledaknya balon ekonomi kartu kredit, maka di bidang politik,
masyarakat pemilih jelas-jelas akan memilih pemimpin yang jauh dari
kebaikan. Pemimpin baik mana yang dalam rangka memenangkan dirinya
justru menggunakan kebohongan, penipuan dan pengendalian pikiran? Dapat
kita pastikan bahwa pemenang pemilu hanyalah mereka yang punya uang
paling banyak yang sanggup membayar para programer mind control yang paling trampil.
Setiap hari koran media elektronik dan
cetak sibuk memberitakan para birokrat koruptor dari berbagai kalangan.
Anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif, semua sudah kena. Ya, para
‘komandan barisan demokrasi’ ini sudah menjadi pemangsa rakyat yang
katanya ‘berkuasa’ (demokrasi=demos-cratein=kekuasaan di tangan rakyat).
Rakyat hanyalah robot-robot yang dibohongi dengan janji-janji pemilu dan ditambah lagi dengan sihir-sihir modern dari teknologi mind controlling.
Jadi? Akankah ini bermanfaat untuk ummat
manusia? Bagaimana rakyat (yang katanya berkuasa atas nama demokrasi
itu) akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya? Sebaliknya, setiap
politisi yang maju sebenarnya menghendaki rakyat –lah yang akan menjadi
robot-robot penghamba dirinya dan akan memenuhi segala syahwat si
politisi atau kelompoknya. Sebenarnya, si politisi sendiri awalnya
adalah korban mind controlling yang telah membentuk dirinya menjadi gila kekuasaan dan gila materi.
Belum lagi akibat apa yang dapat kita
bayangkan jika para pendukung budaya setan memanfatkan teknik-teknik ini
untuk tujuan mereka menyesatkan ummat manusia?
Kelompok homesexual adalah kelompok yang
sudah terdepan menggunakannya dengan bukti peluncuran serial anak-anak
teletubbies! Lihat tulisan-tulisan kami sebelumnya “Tersebarnya Pornografi Adalah Tanda Kecil Kiamat”, “Jangan Biarkan Anak Anda Disihir”dan “AWAS! Dajjal Menyerang Rumah Anda!”.
Hanya dalam hitungan kurang dari dua dekade peluncurannya (Maret 1997)
kita dapati jumlah penganut gaya hidup kaum Luth ini meningkat drastis!
Berbagai aturan yang mengesahkan/melegalkan perbuatan biadab mereka
sudah dibuat. Dan masyarakat luas sudah sangat terbiasa dengan kehadiran
mereka.
Dengan teknik ini, para penganjur
kebatilan, kerusakan, pembangkangan, penyembah setan serasa mendapatkan
senjata ampuh. Dan tentu saja semuanya adalah bagian dari Sistem Dajjal
yang memang dipersembahkan dan dipersiapkan untuk menyambut sang oknum
Dajjal. Lihat tulisan “Mewaspadai Kemunculan Fitnah Dajjal (1)” dan“ Mewaspadai Kemunculan Fitnah Dajjal (2)”.
Bagi Para Penghamba Setan,
Tujuannya Adalah Mengajak Sebanyak-banyaknya Manusia Untuk Mengikuti
Jalan Sesat Mereka Menuju Neraka.
Sebagiamana janji Iblis dalam Al Qur’an Surah Al-A’raf ayat 16-18:
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at). Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".
Ketika penghamba setan semakin banyak,
maka segala kerusakan moral dan tindakan biadab semakin tersebar.
Tingkat kriminalitas pasti semakin tinggi dan masyarakat semakin kacau.
Semoga tidak terjadi. Namun jika terjadi-pun maka kita tahu bahwa itu
adalah takdir Allah atas dunia ini di mana puncak fitnah adalah oknum si
mata satu Dajjal.
Bolehkah Kita, Para Da’i di Jalan Allah Memanfaatkannya?
Sejenak pertanyaan di atas menggelitik
penulis saat mendiskusikan tulisan ini. Ke-efektif-annya yang luar biasa
seolah begitu menggiurkan siapa saja untuk menarik manfaat bagi
tujuannya sendiri. Menyadari bahwa kami para da’i di jalan Allah juga
harus bersaing dengan kebatilan dalam mengedepankan kebenaran, setiap
bantuan yang mungkin, akan terasa sangat disyukuri.
Benarkah?
Acuan da’i dalam berdakwah di Jalan
Allah tetaplah syari’at Islam itu sendiri. Halal haram tidak berubah
meskipun yang menggunakannya adalah demi mengajak manusia ke Jalan
Allah.
Di atas penulis coba menjelaskan bahwa
mekanisme teknis ini adalah memanipulasi alam bawah sadar manusia.
Dengan teknik ini, manusia akan ‘dikendalikan’, ‘disuruh’ atau
‘dilarang’ tanpa kemauannya. Si obyek penderita tidak menggunakan
akalnya. Karena justru teknik ini menghambat proses berpikir yang
hakiki.
Dalam Islam, segala hal, atau zat yang
dapat membahayakan akal, apakah dengan cara menghilangkan akal
seseorang, atau membuatnya tidak sadar dalam melakukan sesuatu, atau
memperbodohi-nya, maka itu di larang dalam Islam. Contohnya adalah minuman keras atau
khamr, dikemudian hari para ulama sepakat mengharamkan rokok dan NAPZA
seluruhnya, Insya Allah suatu saat akan keluar fatwa pengharaman semua
teknik Mind Control – Kendali Pikiran ini.
Penggunaan teknik mind control – kendali pikiran yang manapun pada hakekatnya bertentangan secara diametral dengan maksud dakwah di Jalan Allah.
Dakwah Islam bertujuan untuk membebaskan
manusia dari penghambaan terhadap sesama manusia menjadi peghambaan
manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.
Dakwah Islam dimaksudkan untuk
membebaskan penghambaan antara sesama manusia menuju hanya kepada
penghambaan ke pada Allah semata. Kalimat laa ilaaha illAllah
sudah cukup menggambarkan bahwa segala bentuk peribadatan/penghambaan
kepada selain Allah harus ditolak. Jadi jika ada sesuatu yang dapat
membuat manusia tunduk, patuh, berserah diri, melaksanakan perintah
siapapun selain Allah, maka itu batil! Kedudukannya dapat sampai ke
derajat syirik sebab keadaannya seperti arbaaban min duunillah (tuhan selain Allah) sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 31 sebagai berikut:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Selain itu, Islam tidak menghendaki seseorang ‘dipaksa’ menjadi seorang muslim. Berdakwah dengan subliminal message
sama dengan memaksa seseorang menerima keimanan tanpa sadar. Ini tidak
mungkin, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat
256, (tiada paksaan dalam Dien).
Keimanan harus diterima dengan kesadaran penuh, dipikirkan dengan akal dan diterima dengan hati. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Fa’lam Annahu laa ilaaha illAllah ( Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan Yang Haq melainkan Allah)
(QS. Muhammad 47:19). Artinya perintah mengenal ke Esaan Allah sebagai
Illah haruslah di-ilmu-i, dan ini artinya dengan kesadaran penuh.
Oleh karena itu, tak mungkinlah seorang
da’i penyeru manusia ke Jalan Allah dapat dibenarkan menggunakan semua
teknik pengendali pikiran ini, apakah untuk tujuan-tujuan lain apalagi
untuk tujuan dakwah.
Wallahua’lam
Dapatkah Kita Menghindarinya?
Ini pertanyaan yang sangat penting dan perlu dibahas tersendiri. Insya Allah.
Sumber : http://www.akhirzaman.info/
Sumber : http://www.akhirzaman.info/
Maaf mau tanya,kalau alat itu digunakan agar orang-orang melakukan sesuatu yang baik,tapi bersifat umum aja,seperti menonton televisi hanya dua hari seminggu,apakah tetap terlarang?
ReplyDelete