Dalam bab sebelumnya penulis telah
menyajikan kepada Anda eksodus Bani Israel. Kini kita akan melihat satu
sisi kehidupan Bani Israel dalam pengasingan mereka.
Masa Pengasingan, Bani Israel dan Ilmu Sihir
Setelah Bani Israel selamat dari kejarahan Firaun, muncullah sekelompok orang yang menentang Nabi Musa as dan Nabi Harun as. Kelompok ini dikenal keras kepala dan berlumuran dosa. Tingkah pola mereka yang congkak ini nampak ketika Nabi Musa as mengajak kaumnya untuk masuk ke Kana’an (Palestina sekarang) Jawaban dari kaumnya dapat Anda baca di surat ke-5 (al-Ma'idah) ayat ke-22.
Masa Pengasingan, Bani Israel dan Ilmu Sihir
Setelah Bani Israel selamat dari kejarahan Firaun, muncullah sekelompok orang yang menentang Nabi Musa as dan Nabi Harun as. Kelompok ini dikenal keras kepala dan berlumuran dosa. Tingkah pola mereka yang congkak ini nampak ketika Nabi Musa as mengajak kaumnya untuk masuk ke Kana’an (Palestina sekarang) Jawaban dari kaumnya dapat Anda baca di surat ke-5 (al-Ma'idah) ayat ke-22.
Intinya adalah Bani Israel ingin masuk
ke Kana’an tanpa bersusah payah melawan musuh yang ada di tanah
tersebut. Toh, menurut mereka selama ini Allah telah banyak membantu
mereka dari kejaran Firaun, terutama terbelahnya laut Merah. Demikianlah
pendapat mereka. Kalimat yang terlontarkan dari mereka sangat tidak
layak.
”Pergilah Engkau dan Tuhanmu dan berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami hanya duduk menanti saja.”
Demikianlah jawaban dari Bani Israel.
Secara fisik mereka telah merdeka. Tetapi secara jiwa mereka masih tetap
budak yang hina. Mereka hanya menanti kemenangan tanpa perlawanan, dan
bermimpi di siang bolong bahwa toh Tuhan akan pasti memberi mereka tanah
itu seperti yang dijanjikan. Bila memang demikian, tentu Tuhan tidak
perlu repot-repot menyuruh berperang. Inilah pikiran picik dan sekaligus
memperlihatkan sifat mereka yang penakut, tidak memiliki harga diri dan
semau gue. Akhirnya, Allah membiarkan mereka selama 40 tahun menjadi
pengembara di padang pasir tanpa bisa memasuki tanah Kana’an.
40 tahun ini merupakan makna bahwa Allah
akan menghilangkan satu generasi yang berjiwa kecil tadi dan akan
menggantikan generasi lain yang tangguh dan benar-benar tidak tersisa
sedikit pun jiwa budak hina dahulu. Sebelum mereka berhasil masuk ke
tanah kana’an, Nabi Musa as wafat terlebih dahulu. Namun, banyak kisah
di dalam Al Qur’an yang mengkisahkan beberapa kejadian yang terdapat di
dalam Al Qur'an.
Patung sapi emas
Kejadian ini terkait hingga hari ini.
Dan yang populer adalah cerita penyembahan anak sapi. Penyembahan anak
sapi ini terjadi ketika Nabi Musa as harus bertemu dengan Allah selama
40 hari. Selama itu pulalah terjadi penyelewengan di Bani Israel. Anak
sapi yang terbuat dari emas bukanlah ide yang timbul begitu saja dari
diri Samiri, sang tokoh pembuatnya. Seperti yang kita ketahui
sebelumnya, Bani Israel telah lama tinggal di negeri Mesir, sebuah
negeri yang penuh dengan dewa-dewa. Dan kontak budaya serta agama Mesir
dengan Bani Israel telah terjalin lama. Dan dari sebagian Bani Israel
inilah masih ada yang menyimpan budaya lokal Mesir, penyembahan terhadap
dewa.
Uncle Sam atau Paman Sam
Tokoh Samiri sendiri di angkat oleh
Allah dalam Al Qur'an bukanlah hanya sekedar nama. Ia rupanya memiliki
ilmu sihir, sebuah ilmu wajib dipelajari di Mesir, dan belum hilang pula
kepercayaannya terhadap kekuatan dewa yang ia yakini, meski ia melihat
dengan mata kepala sendiri bagaimana Firaun mati tenggelam dan bagaimana
pula ular-ular, sebuah makhluk binatang yang menjadi simbol kekuatan di
Mesir, milik para ahli sihir kalah oleh tongkat Nabi Musa as. Samiri
rupanya masih menyimpan keyakinan pagan.
Dalam masa selanjutnya, ribuan tahun
hingga kini, ilmu sihir, ular dan simbol-simbol peradaban Mesir kuno ini
masih digunakan oleh Yahudi dalam organisasi rahasianya (pembaca harap
sabar untuk masuk pada artikel ini. Penulis akan menyajikannya kepada
Anda. Untuk saat ini Anda harus tahu lebih dahulu sejarah panjang Bani
Israel ini. Dan adalah bukan hal yang aneh jika Allah mengangkat kisah
Nabi Musa as lebih banyak dari pada nabi-nabi yang lain karena ini
terkait dengan zaman hari ini. Mengapa demikian, pastikan Anda mengikuti
terus artikel ini).
Samiri juga tahu kalau bukan hanya
dirinya yang masih menyimpan keyakinan pagan Mesir ini. Ia dengan cerdik
menggunakan kesempatan emas tanpa kehadiran Nabi Musa as. Adapun Nabi
Harun as, Samiri tahu kalau beliau tidak 'sekeras karakternya' seperti
Nabi Musa as. Kisah tentang ini dapat Anda baca lebih jauh di surat
Thoha surat ke-20 (Thaha) ayat ke-85 hingga ke-98.
ilustrasi penyembahan anak sapi oleh Bani Israel |
Selanjutnya dari kisah Samiri ini adalah
ia diusir oleh Nabi Musa as. Tidak dijelaskan selanjutnya bagaimana
nasib Samiri. Tetapi yang menarik adalah timbul pertanyaan, apakah
Samiri diusir diikuti pula oleh sebagian Bani Israel yang percaya pada
apa yang Samiri bawa? Jika tidak, mengapa budaya bangsa India hari ini
sama dengan cerita dalam Al Qur'an, penyembahan (anak) sapi. Perlu
diselidiki lebih lanjut oleh para sejarawan kaitan yang begitu erat
antara Mesir kuno dan India hari ini. Kita tahu kalau sungai Nil
merupakan sungai suci bagi bangsa Mesir. Dan sungai Gangga di India pun
demikian.
Hapi dewa sungai Nil
Gangga, dewi sungai Gangga
Kita tahu kalau sapi adalah dewanya bangsa Mesir dan sapi pulalah binatang suci umat Hindu.
Apis, dewa berbentuk sapi bangsa Mesir
Nandini, sapi tunggangan dewa agama hindu
Kita tahu kalau ular kobra adalah simbol
kekuatan bagi Firaun dan tukang sihir di Mesir dan ular kobra pulalah
binatang yang begitu dekat dengan budaya India.
Lihatlah Apopis, dewa ular bangsa Mesir ada persamaan dengan Dewa Siwa, perhatikan ular kobra yang ada di leher.
Dewa Siwa
Kita tahu kalau bangsa Mesir percaya dewa matahari Ra dan Hindu percaya pada dewa Surya.
Ra, dewa matahari bangsa Mesir kuno
Surya, dewa matahari agama Hindu
Selengkapnya lihat gambar berikut akan dewa-dewa bangsa Mesir kuno
Apakah Samiri dan pengikutnya
menyeberang ke India dan membentuk peradaban dan agama baru di sana?
Biarkan ini menjadi pekerjaan rumah para sejarawan untuk membuktikannya.
Kembali kepada kisah penyembahan sapi.
Bangsa Mesir telah lama percaya akan penyembahan sapi dan Samiri
menggunakan ilmu sihirnya untuk membuktikan bahwa budaya Mesir kunolah
yang menolong mereka dari bencana Firaun. Ini dikatakan olehnya dalam Al
Qur'an:
"Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa tetapi Musa telah lupa" (QS Thaha 20:88)
Perhatikan kalimat Samiri: Musa telah lupa.
Samiri tahu kalau dulu Nabi Musa as
pernah dibesarkan di lingkungan istana Mesir yang penuh dengan ukiran
dewa-dewa. Dan Samiri tahu jika Nabi Musa as dulu pernah lama tinggal di
Mesir dan hidup serta bergaul dengan budaya Mesir. Dan tentu Nabi Musa
as tahu persis akan Apis, dewa sapi bangsa Mesir. Maka ia mengatakan
kalau Nabi Musa as lupa. Lupa akan budaya dan dewa Mesir.
Tetapi Samiri lupa jika Nabi Musa as bukanlah penyembah dewa!
Penyembahan Bani Israel kepada anak sapi
hasil ilmu sihir Samiri merupakan bukti bahwa Bani Israel percaya akan
sihir begitu kuat. Mengapa dapat dikatakan demikian?
Mereka dengan jelas-jelas melihat
kekuatan Allah melalui terbelahnya laut Merah tetapi tidak percaya akan
keberadaan Allah itu sendiri. Ini dapat Anda tinjau di surat Al Baqarah
ayat ke-55.
Dan ayat ini merupakan petunjuk bagi
kita bahwa Bani Israel yang diteruskan hingga kini adalah pelopor aliran
filsafat empirisme.
Dan untuk menghapus keyakinan mereka
pada kekuatan sapi ini, maka Allah membuat skenario akan terbunuhnya
salah seorang Bani Israel. Dan untuk mengetahui siapa pembunuhnya
tersebut mereka harus memotong seekor sapi!
Tetapi oleh Bani Israel mereka mengajak debat, sebagai keengganan mereka untuk melakukannya.
Keengganan ini ada dua. Pertama untuk
menutupi pembunuh sesungguhnya dan yang kedua ada yang merasa 'kualat'
memotong sapi yang dulu mereka percayai sebagai binatang suci. Kalaupun
sapi itu dipotong, yang mereka tahu adalah dengan ritual ala bangsa
Mesir kuno bukan dengan ritual baru ala syariah Nabi Musa as.
Keengganan mereka ini dapat dibaca pula di surat Al Baqarah ayat ke-67 hinga ke-74.
Ada satu hal dalam ayat tersebut di
atas. Bani Israel tidak hanya pelopor aliran filsafat empirisme, tetapi
juga aliran rasionalisme dengan mencoba berdebat dalam pemotongan sapi
betina yang menurut mereka tidak masuk akal.
Demikianlah kisah Bani Israel dalam pengasingan yang mempertontonkan sebagian dari mereka yang percaya akan sihir. (mss/a7)
Kedekatan Bani Israel dengan ilmu sihir
ini akan kembali hadir di zaman kita saat ini. Ada terdapat istilah
Kabbalah, sebuah aliran kuno bangsa Mesir yang dihidupkan kembali oleh
Yahudi dan juga simbol-simbol bangsa Mesir kuno lainnya yang terkait
dengan mistik dan sihir. (bersambung...