Flash Back
Artikel ini dimulai dari sebuah kisah
Nabi yang menjadi pengikat tiga agama besar di dunia saat ini: Nabi
Ibrahim as. Membicarakan Yahudi adalah terasa kurang bila tidak
membicarakan terlebih dahulu Nabi mulia ini. Sejarawan banyak yang
sepakat bahwa Nabi Ibrahim as lahir di tanah yang kini penuh dengan
kekakacauan, Irak tepatnya di kota Ur, Kaldan di bagian selatan Irak. Ur
terletak di pinggiran sungai Eufrat yang terkenal itu. Ada sebagian
lagi mengatakan beliau lahir di kota Kutsa, selatan Irak. Sebagai tempat
kelahiran Nabi Ibrahim as, kota ini juga masih menyimpan puing-puing
reruntuhan akan pengorbanan Nabi Ibrahim as ke dewa-dewa atas perbuatan
beliau yang menghancurkan patung.
Puing-puing reruntuhan ini masih tersisa hingga sekarang dan diberi nama Tel Ibrahim. Saat Nabi Ibrahim as hidup, yang memegang kekuasaan adalah raja Namrud bin Kana’an bin Kusyi. Singkat kata, setelah beliau selamat dari kobaran api besar yang dijadikan sebagai “penebusan dosa” untuk para dewa, Nabi Ibrahim as pun hijrah. Hal ini disebabkan selama ini kaumnya tidak pernah menghiraukan dakwah beliau. Beliau hijrah merupakan sebuah keniscayaan dari sejarah para nabi. Pada masa selanjutnya, Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam semuanya pernah berhijrah. Nabi Ibrahim as hijrah ke tanah Syam (Suriah sekarang) dan tinggal di Haran, sebelah utara Syam. Tetapi di sini para penduduknya juga tidak menghiraukan dakwah beliau. Beliau pun berhijrah ke tanah Kana’an (Palestina).
Di tanah Kan’aan ini beliau mendakwakan
tauhid bahwa hanya Allah semata yang patut disembah. Suatu saat tanah
Kana’an mengalami masa kekeringan dan paceklik. Nabi Ibrahim as pun
bersama istrinya, Sarah pergi menuju Mesir. Pada saat itu Mesir sudah
maju dan makmur di bawah kekuasaan raja (Fir’aun) Sanusart II dan
Sanusart III. Wilayah kekuasaan Fir’aun pada saat itu membentang hingga
Syam (Suriah).
Selama di Mesir inilah Nabi Ibrahim as mendapatkan istri keduanya yang bernama Hajar, yang menurut beberapa riwayat adalah seorang budak dari Fir’aun tetapi ada juga yang mengatakan Hajar adalah anak kandung Fir’aun dari rahim selirnya. Mana yang benar antara kedua riwayat ini bukan itu yang menjadi perdebatan. Inti sejarahnya adalah dari kedua rahim istri nabi Ibrahim as inilah dunia saat ini menjadi sebuah wacana pertempuran tiga ideologi besar: Yahudi, Nashrani dan Islam.
Selanjutnya, Nabi Ibrahim as kembali lagi ke Kan’an (Palestina) dan singgah di Hebron. Di tanah Kana’an ini beliau sempat mengunjungi bebarapa tempat seperti Beersheba, AL Quds, el Khali dan tempat lainnya.
Dari istri kedua beliau, Hajar, Nabi Ibrahim as mendapatkan keturunan Ismail dan dari istri pertama, Sarah, beliau mendapatkan keturunan Ishak, yang kedua-duanya kelak menjadi seorang nabi pula. Kemudian Nabi Ishak as mendapatkan putra bernama Yakub as yang mempunyai nama julukan Israel.
Untuk nama Israel ini, di dalam Al Qur’an hanya disebutkan sekali saja untuk merujuk ke Nabi Yakub as yaitu di surat 3 ayat 93. Silakan Anda mengecek ayat tersebut.
Nabi Yakub as dilahirkan di Palestina pada abad kedelapan sebelum Masehi, atau kira-kira pada tahun 1750 sebelum Masehi. Menurut riwayat beliau hijrah ke tanah Haran. Di tanah baru ini beliau menikah dan dikarunia dua belas putra: Simeon (Samson), Reuben, Levy, Judah, Issachar, Zebulun, Dan, Naphtali, Gad dan Asher. Sedangkan putra terakhir beliau Benyamin, dilahirkan di tanah Kana’an (Palestina), setelah Nabi Yakub as kembali bersama anak-anaknya ke Sa’ir, dekat el Khalil (Hebron).
Yakub dan keluarganya selanjutnya hijrah ke Mesir seperti kejadian yang dialami oleh Nabi Ibrahim as, masa paceklik. Selanjutnya di Mesir inilah Al Qur’an mengisahkan bagaimana kehidupan Nabi Yusuf as dalam surat Yusuf.
Dan atas kebaikan Nabi Yusuf as inilah anak-anak nabi Yakub as dan semua keturunannya hidup dengan tenang. Dan inilah babak awal dari masa Bani Israel. Hal ini dikatakan demikian karena semua keturunan Nabi Yakub as disebut Bani Israel.
Sejarah Bani Israel pun dimulai dari Mesir. Dan Sejarah besar pun mulai terukir di tanah ini hingga nanti ke Palestina.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Mesir-Palestina merupakan dua tanah sejarah semenjak Nabi Ibrahim as hingga sekarang.
Dan judul artikel ini adalah tepat karena dari Mesirlah awal sejarah besar terukir dan di Palestinalah akhir sejarah akan diukir.
Sysru pernah berkata tentang Athena, “ketika kita menjejakkan kaki kita di sini, maka kita tengah berjalan di atas sejarah.”
Kalimat Sysru di atas tepat juga untuk dilabelkan ke artikel ini: tanah Mesir-Palestina, adalah dua tanah yang akan menjadi sejarah akan berawal sejarah Bani Israel dan berakhirnya Yahudi.
Bani Israel di Mesir
Para sejarawan berpendapat ketika nabi
Yakub as dan semua keluarganya hijrah ke Mesir, Mesir saat itu di bawah
pemerintahan dinasti Hyksos pada abad kesembilan belas sebelum Masehi
(1878-1580).
Hyksos adalah bangsa penggembala asal
Asia yang hijrah ke Mesir. Kisah klasik suatu bangsa pindah adalah masa
paceklik. Bangsa ini berhasil memanfaatkan kelemahan penguasa Mesir pada
saat itu dan membentuk empat dinasti penguasa Mesir selanjutnya.
Selama masa dinasti Hyksos, Bani Israel hidup dalam keadaan aman dan makmur. Singkat kata, Ahmes berhasil mengalahkan dinasti Hyksos pada abad keenam belas dan mengusir mereka. Maka Mesir kembali di bawah pemerintahan bangsa asli Mesir dan membentuk dinasti XVIII.
Dinasti penguasa Mesir baru ini melihat bahwa Bani Israel lebih berpihak ke Hyksos dari pada ke mereka, maka dinasti ini pun mulai merasa resah akan keberadaan Bani Israel di Mesir.
Sebagai bahan tambahan saling berganti masa penguasa tanah Mesir berikut penulis sajikan kepada Anda silsilah masa kekuasaan Mesir.
Periode sebelum masa dinasti 3500-3100 sebelum Masehi
Periode dinasti awal 3100-2686 sebelum Masehi
- 'Scorpion'
Dinasti pertama c.3100-2890 sebelum Masehi
- Narmer
- Menes (Hor-Aha)
- Djer
- Wadj (Djet)
- Den
- Anendjib
- Semerkhet
- Qa'a
Dinasti kedua c.2890-2686 Sebelum Masehi
- Hotepsekhemwy
- Raneb
- Nynetjer
- Seth-Peribsen
- Khasekhemwy
- Kerajaan Tua c.2686-2181 Sebelum Masehi
Dinasti ketiga c.2686-2613 sebelum Masehi
- Sanakhte (Nebka) (c.2688-2668)
- Djoser (c.2668-2649)
- Sekhemkhet (Djoser Teti) (c.2649-2641)
- Khaba (c.2641-2637)
- Huni (c.2637-2613)
Dinasti keempat c.2613-2494 sebelum Masehi
- Snofru (c.2613-2589)
- Khufu (Cheops) (c.2585-2566)
- Djedefre (c.2566-2558)
- Khafre (Rekhaf) (c.2558-2532)
- Menkaure (Mykerinos) (c.2532-2514)
- Shepseskaf (c.2514-2494)
Dinasti V c.2494-2345 sebelum Masehi
- Userkaf (c.2494-2487)
- Sahure (c.2487-2475)
- Neferirkare Userkhau (c.2475-2455)
- Shepseskare (c.2455-2448)
- Raneferef (c.2448-2445)
- Niuserre (c.2445-2421)
- Menkauhor (c.2421-2413)
- Djedkare (c.2413-2381)
- Unas (Wenis) (c.2381-2345)
Dinasti VI c.2345-2181 sebelum Masehi
- Teti (c.2345-2313)
- Pepi I Meryre (c.2313-2279)
- Merenre (c.2279-2270)
- Pepi II Neferkare (c.2279-2181)
- Periode pertengahan awal c.2181-2040 sebelum Masehi
Dinasti VII / VIII c.2181-2173 sebelum Mas
- Wadjkare Qakare Iby
Dinasti IX /X c.2160-2040 sebelum Masehi
- Meryibre Kheti (Akhtoy) I
- Merykare
- Kanrferre
- Nebkaure Kheti (Akhtoy) II
- Wahkare Kheti (Akhtoy) III
- Merikare 11th Dynasty c.2133-1991 sebelum Masehi
- Intef I (Inyotef I) Sehertawy (c.2133-2123)
- Intef II (Inyotef II) Wahankh (c.2123-2074)
- Intef III (Inyotef III) Nakhtnebtepnefer (c.2074-2066)
- Mentuhotep I ? (c.2066-2040)
Kerajaan masa pertengahan c.2040-1786 sebelum Masehi
Dinasti XI
- Mentuhotep II Nebhepetre (c.2040-2010)
- Mentuhotep III Sankhkare (c.2010-1998)
- Mentuhotep IV Nebtawyre (c.1998-1991)
Dinasti XII c.1991-1786 sebelum Masehi
- Amenemhet I Sehetepibre (c.1991-1962)
- Senusret I Kheperkare(c.1962-1917)
- Amenemhet II Nubkaure (c.1917-1882)
- Senusret II Khakhperre (c.1882-1878)
- Senusret III Khakaure (c.1878-1841)
- Amenemhet III Nimaatre (c.1841-1796)
- Amenemhet IV Maakherure (c.1796-1790)
- Queen Sobeknerfu Neferusobek (c.1790-1786)
Periode pertengahan kedua c.1786-1567 sebelum Masehi
Dinasti XII (kira-kira ada 70 raja) c.1786-1633 sebelum Masehi
- Wegaf Khawitawire (c.1783 - 1779)
- Amenemhet V Sekhemkare
- Harnedjheriotef Hetepibre
- Sobekhotep I Khaankhre (ca.1750)
- Hor
- Amenemhet VII Sedjefakare
- Sobekhotep II Sekhemre-Khutawy (ca.1745)
- Khendjer
- Sobekhotep III
- Neferhotep I Khasekhemre (c.1723-1713)
- Sobekhotep IV Merihotepre Khaneferre (c.1713)
- Iaib (c.1713-1703)
- Ay Merneferre (c.1703-1680)
- Neferhotep II
dan lebih dari delapan raja pada dinasti XIV c.1786-1603 sebelum Masehi
Nehesy dinasti XV c.1674-1567 sebelum Masehi
- Hyksos kings
- Sheshi (Salitis?)
- Yakubber (Bnon?)
- Khyan (Apachnan)
- Apepi I (Apophis)
- Apepi II (Khamudi?) (c.1542-1532)
Dinasti XVI c.1684-1567 sebelum Masehi Raja-raja Hyksos
- Anather
- Yakobaam ?
- Dinasti XVII c.1650-1567 sebelum Masehi
- Sobekemsaf I
- Sekhemre Wadjkhau
- Sobekemsaf II
- Intef VII
- Tao I Seakhtenre
- Tao II Sekenenre
- Kamose Wadjkheperre
patung raja-raja (Firaun) Mesir |
Kerajaan Baru c.1570-1070 sebelum Masehi
Dinasti XVIII c.1570-1293 sebelum Masehi
- Ahmose I Nebpehtyre (c.1570-1546)
- Amenhotep I Djeserkare (c.1546-1527)
- Thutmose I Akheperkare (c.1527-1515)
- Thutmose II Akheperenre (c.1515-1498)
- Queen Hatshepsut Maatkare (c.1498-1483)
- Thutmose III Menkhepere (c.1504-1450)
- Amenhotep II Akheperure (c.1450-1412)
- Thutmose IV Men-khepru-Re (1412-1402)
- Amenhotep III Nebmaatre (c.1402-1364)
- Amenhotep IV/Akhenaten Neferkheperure (c.1350-1334)
- Smenkhkare Ankhheperure (c.1334)
- Tutankhamen Nebkheperoure (c.1334-1325)
- Ay Kheperkheperure (c.1325-1321)
- Horemheb Djeserkheperure (c.1321-1293)
Dinasti XIX c.1293-1185 sebelum Masehi
- Ramses I Menpehtyre (c.1293-1291)
- Seti I Merienptah Menmaatre (c.1291-1278)
- Ramses II Meriamen Usermaatre Setepenre (c.1279-1212)
- Merneptah Hetephermaat Baenre Meriamen (c.1212-1202)
- Amenmes Heqawaset Menmire Setepenre (c.1202-1199)
- Seti II Merenptah Userkheperure Setepenre (c.1199-1193)
- Merneptah Siptah Sekhaenre/Akhenre (c.1193-1187)
- Queen Twosret Setepenmut Sitre Meriamen (c.1187-1185)
Dinasti XX c.1185-1070 sebelum Masehi
- Sethnakhte Userkhaure Setepenre (c.1185-1182)
- Ramses III Usermaatre Meriamen (c.1182-1151)
- Ramses IV Usermaatre/Heqamaatre-Setepenamen (c.1151-1145)
- Ramses V Usermaatre Sekheperenre (c.1145-1141)
- Ramses VI Nebmaatre Meriamen (c.1141-1133)
- Ramses VII Usermaatre Setepenre Meriamen (c.1133-1128)
- Ramses VIII Usermaatre Akhenamen (c.1128-1126)
- Ramses IX Neferkare Setepenre (c.1126-1108)
- Ramses X Khepermaatre Setepenptah (c.1108-1098)
- Ramses XI Menmaatre Setepenptah (c.1098-1070)
Periode pertengahan ketiga c.1070-664 sebelum Masehi
- High Priests (Thebes)
- Dinasti XXI sementara ada di Tanis
- Herihor Siamun Hemnetjertepyenamun (c.1080-1074)
- Piankh (c.1074-1070)
- Pinedjem I Meriamen Khakheperre Setepenamun (c.1070-1032)
- Masaherta (c.1054-1046)
- Djedkhonsefankh (c.1046-1045)
- Menkheperre (c.1045-992)
- Smendes II (c.992-990)
- Pinedjem II (c.990-969)
- Psusennes (c.969-959)
Dinasti XXI
- Tanite c.1070-945 sebelum Masehi
- Nesbanebded Hedjkheperre Setepenre (Smendes I) (c.1070-1043)
- Nephercheres (Neferkare-hekawise Amenemnisu Meramun (c.1043-1039)
- Psusennes I Akheperre Setepenamun (c.1039-1000)
- Amenemope Usimare Setepenamun (c.1000-991)
- Osorkon the elder (Osochor) (c.991-985)
- Psinaches (c.985-976)
- Psusennes II Titkheprure (c.976-962)
- Siamun Nutekheperre Setepenamun Siamun Meramun (c.962-945)
Dinasti XXII
- Bubastite c.945-730 sebelum Masehi
- Sheshonq I Hedjkheperre Setepenre (c.945-924)
- Osorkon I Sekhemkheperre Setepenre (c.924–889)
- Sheshonq II Hekakheperre Setepenre (ca. 890)
- Takelot I Usimare (c.889–874)
- Osorkon II Usimare Setepenamun (c.874–850)
- Harsiese (ca. 865)
- Takelot II Hedjkheperre Setepenre (c.850–825)
- Sheshonq III Usimare Setepenamun (c.825–773)
- Pamai (c.773–767)
- Sheshonq V Akheperre (c.767–730)
- Osorkon IV (c.730–712)
Dinasti XXIII
- Tanite c.817-730 sebelum Masehi
- Pedibastet Meriamen Usermaatre Setepenre(c.818–793)
- Iuput I (ca. 800)
- Sheshonq IV Usermaatre Meriamen (c.793–787)
- Osorkon III Usermaatre Setepenamen (c.787–759)
- Takelot III Usermaatre (c.764–757)
- Rudamon Usermaatre Setepenamen (c.757–754)
- Iuput II Meriamen sibastet Usermaatre (c.754–712)
- Nimlot (ca. 740)
- Peftjauabastet Nefer-ka-re (c.740–725)
- Thutemhat (ca. 720)
- Pedinemti (ca. 700)
Dinasti XXIV c.720-714 sebelum Masehi
- Shepsesre Tefnakht (c.724-717)
- Wahkare Bakenrenef (c.717-712)
- Dinasti XXV 747-656 sebelum Masehi
- Piye Usimare Sneferre (Piankhi) (747-716)
- Shabaka Neferkare Wahibre (716-702)
- Shebitku Djedkaure Menkheperre (702-689)
- Taharka Khunefertemr (689-663)
- Tanutamun Bakare (663-656)
- Periode dinasti terakhir 664-332 sebelum Masehi
Dinasti XXVI 664-525 sebelum Masehi
- Necho I (664-656)
- Psammetic I Wahemibre Psamtek (656-609)
- Necho II Wahemibre Neko (609-594)
- Psammetic II Neferibre Psamtek (594-587)
- Wahibre (Haaibre) (Apries) (587-569)
- Ahmose II Khnemibre (Amasis) (569-526)
- Psammetic III Ankhkaenre (526)
Dinasti XXVII 525-404 sebelum Masehi
- Cambyses II (525-522)
- Darius I (521-486)
- Xerxes (486-465)
- Artaxerxes I (465-424)
- Darius II (423-405)
- Artaxerxes II (405-359)
Dinasti XXVIII 404-399 sebelum Masehi
- Amenirdis (Amyrtaeus) (404-399)
- Dinasti XXIX 399-380 sebelum Masehi
- Nefaarud I (Nepherites I) (399-393)
- Psammuthis Userre Setepenptah Pasherienmut (ca. 392)
- Hakor Khnemmaere Setpenkhnum (Achoris) (392-380)
- Nefaarud II (Nepherites II) (380)
Dinasti XXX 380-343 sebelum Masehi
- Nakhtnebef Kheperkare (Nectanebo I) (380-362)
- Djedhor (362-360)
- Nekhtharehbe Snedjemibre Setpenanhur (Nectanebo II) (360-343)
Dinasti XXXI 343-332 sebelum Masehi
- Artaxerxes III (343-338)
- Arses (338-336)
- Darius III (336-332)
- Periode Romawi Kuno Raja-raja Masedonia
- Alexander the Great (332-323)
- Philip III Arrhidaeus (323-317)
- Alexander IV Aegus (317-311)
Dinasti Ptolemaik 323-30 sebelum Masehi
- Ptolemy I Soter (305-282)
- Ptolemy II Philadelphus (284-246)
- Arsinoe II (278-270)
- Ptolemy III Euergetes I (246-222)
- Bernice II (246-221)
- Ptolemy IV Philopator (222-205)
- Ptolemy V Epiphanes (205-180)
- Harwennefer (205-199)
- Ankhwennefer (199-186)
- Cleopatra I (194-176)
- Ptolemy VI Philometor (180-164)
- Cleopatra II (175-115)
- Ptolemy VII Neos Philopator (164-145)
- Ptolemy VIII Euergetes II (145)
- Cleopatra III (142-101)
- Ptolemy IX Soter II (116-80)
- Ptolemy X Alexander I (107-88)
- Ptolemy XI Alexander II (80)
- Ptolemy XII Neos Dionysos (80-51)
- Queen Bernice IV (58-55)
- Ptolemy XIII (51-47)
- Queen Cleopatra VII (51-30)
- Ptolemy XIV (47-44)
- Ptolemy XV (44-30)
Kembali ke nasib Bani Israel, pada masa
dinasti XIX berkuasa, tepatnya pada masa Ramses II, Bani Israel
mengalami masa-masa yang paling sulit dalam kehidupan mereka.
Hal ini disebabkan pada masa sebelumnya, orang-orang Mesir mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam masa dinasti Hyksos dan juga semakin banyaknya populasi mereka hingga menjadi begitu dominan dalam masyarakat.
Dan ketika Ramses II berkuasa, Bani Israel dijadikan budak yang hina dengan hak-hak kehidupan yang begitu jauh dari orang-orang Mesir pada umumnya. Di samping alasan di atas, Bani Israel dijadikan budak karena manuver-manuver mereka yang mencoba untuk mengkudeta dinasti XIX tersebut.
ilustrasi perbudakan terhadap Bani Israel |
ilustrasi Bani Israel menjadi budak dan mendapatkan hukuman |
Dalam keadaan tertekan inilah, tampillah
putra terbaik dari Bani Israel yang kemudian dijadikan oleh Allah
menjadi Nabi sekaligus pembebas Bani Israel dari kehinaan yaitu Nabi
Musa as.[1]
Penindasan dan Eksodus
Bagaimana nasib Bani Israel selanjutnya? buka postingan berikutnya..
Penindasan dan Eksodus
Penindasan Firaun atas Bani Israel begitu hebat, hingga Allah sendiri menggunakan kalimat,
"..mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih…Pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan"(QS Ibrahim 14:6)
Penindasan tidak hanya berupa fisik
dengan menjadikan mereka budak tetapi juga berlanjut terhadap generasi
mereka. Firaun dalam sejarah yang masyhur ia adalah Ramses II, juga
memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki Bani Israel dan para
perempuannya dipermalukan. Dalam konteks modern, mempermalukan perempuan
berarti dijadikan pelacur atau dijadikan obyek senonoh dalam bentuk
tarian setengah telanjang atau dijadikan pelayan dengan pakaian setengah
telanjang.
Itu semua dilakukan oleh Firaun tanpa
ampun. Setelah lama menjadi budak, kira-kira hampir 400 tahun lamanya,
Bani Israel pun akhirnya mendapatkan seorang penolong yang pernah
menjadi anak angkat Firaun sendiri yaitu Musa. Nama Musa sendiri adalah
dari bahasa Kopti tua, gabungan di antara dua kata, Mu dan Sa. Mu
artinya air dan Sa artinya pohon. Jadi Musa berarti pohon air. Demikian
yang penulis nukil dari tafsir Al Azhar milik ulama panutan penulis,
Buya Hamka di juz ke-9.
Horus, salah satu Dewa Mesir. Kini dipakai menjadi simbol negara termasuk Indonesia
Beliau dinamai demikian sebab di waktu
bayi beliau dilemparkan oleh ibunya ke sungai Nil dengan diletakkan di
dalam sebuah peti kayu, lalu dipungut oleh puteri Firaun kemudian
dipelihara yang oleh Allah menjadikan Musa the enemy of Firaun’s enemy.
Singkat kata, setelah adu kekuatan antara sihir dan mukjizat Allah di
hadapan seluruh rakyat Mesir, Firaun semakin gusar akan kehadiran Nabi
Musa as di Mesir dengan misinya : Pembebasan Bani Israel. Kegusaran
Firaun bukan hanya terletak pada tiada artinya kekuasaanya di mata Nabi
Musa as akan halnya ia sebagai Tuhannya bangsa Mesir, tetapi juga akan
tiadanya Bani Israel di tanah Mesir.
Apalah artinya seorang raja diraja tanpa
budak belian yang hina? Tidak ada seorang pun yang jadi raja jika tidak
ada yang menjadi budak. Prinsip sederhana ini merupakan alasan Firaun
untuk tidak melepaskan Bani Israel dari tanah Mesir. Bani Israel dihina
tapi juga dibutuhkan. Bani Israel ditindas tapi juga berguna atas nama
pembangunan. Sebuah kisah klasik hingga di zaman modern: suatu bangsa
ditindas akan hak-haknya tapi dibutuhkan dalam perekonomian atas nama
Negara. Kita dapat melihatnya sekarang maka kaum buruh dengan upah yang
murah tapi tidak diperhatikan akan hak-haknya. Meski demikian, para
buruh tersebut sangat dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian
Negara. Menjadi budak di Negara sendiri? Boleh jadi demikian.
Kembali ke nasib Bani Israel.
Pembangunan piramid dan bangunan besar lainnya di Mesir pastilah
membutuhkan tenaga yang banyak tapi murah dari ongkos kas negara. Dan
itu jelas didapatkan dari tenaga Bani Israel. Sebuah bangsa yang begitu
besar populasinya semenjak dinasti Hyksos. Maka Allah mengurus Nabi Musa
as untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Pembaca yang budiman,
pembebasan Nabi Musa as ini meliputi dua hal. Yang pertama pembebasan
secara fisik dari perbudakan. Dan yang kedua pembebasan secara spiritual
dari budak hawa nafsu dengan bertauhid kepada Allah semata. Hanya Allah
sajalah yang patut disembah dan dipuja.
Apis, dewa yang kemudian menjadi model sapi betina Samiri (lihat surat Al Baqarah)
Dengan petunjuk Allah, Nabi Musa as
mulai melakukan manuver politik dengan menggalang kekuatan untuk
siap-siap eksodus besar-besaran dari Mesir. Tetapi langkah Nabi Musa as
ini pun mulai dikeluhkan oleh Bani Israel sendiri. Ibarat kata, mereka
seperti anjing yang tercepit di pintu pagar. Tidak ditolong anjing
tersebut kesakitan tetapi jika ditolong pun ia akan menggigit. Nah, Bani
Israel megeluh akan perjuangan Nabi Musa as ini direkam dalam Al Qur’an
dalam surat ke-7 ayat 129,
”Mereka (Bani Israel) berkata, ”Telah disakiti kami sebelum engkau datang kepada kami, dan sesudah engkau mendatangi kami. ”
Dengan keteguhannya dan dengan optimisme
berlandaskan iman, Nabi Musa as menyakinkan Bani Israel bahwa ia akan
membimbing mereka ke tanah yang dijanjikan, Kana’an, Palestina sekarang
ini. Tetapi, pembaca yang budiman, ada hal yang perlu ditekankan akan
hal ini. Tanah atau bumi yang dijanjikan oleh Allah melalui Nabinya
hanyalah untuk hamba-hamba Allah siapa saja yang Dia inginkan. Dengan
kata lain, hanya bangsa yang beriman kepada Allahlah maka bumi atau
tanah di manapun berada untuk dihuni, digarap dan dijadikan tempat untuk
beribadah kepada Allah. Dengan demikian tanah Palestina adalah tanah
yang dijanjikan untuk semua bangsa yang beriman (bertauhid) kepada
Allah.
Bukan hanya untuk Bani Israel semata!
Untuk mempertegas hal ini silakan buka surat ke-7 (al-'Araf) ayat ke-128
dan surat ke-21 (al-Anbiya) ayat ke-41. Kembali ke kisah Nabi Musa as,
Nabi Musa as membawa misi untuk melepaskan Bani Israel dari penindasan
Firaun juga membawa misi lain yaitu dakwah tauhid. Sudah bukan rahasia
lagi kalau bangsa Mesir begitu percaya dengan dewa-dewa. Di samping
percaya dengan dewa-dewa, mereka juga percaya dengan kekuatan sihir yang
menurut mereka adalah bentuk pertolongan dari para dewa. Berkaitan
dengan ini, maka Firaun meminta para ahli sihirnya untuk bertarung
dengan kekuatan yang dibawa oleh Nabi Musa as. Maka terjadilah
pertarungan terbuka antara Nabi Musa as dan para ahli sihir tersebut.
ilustrasi Nabi Musa as dan ahli sihir di hadapan Firaun
Singkat kata, para ahli sihir tersebut
kalah. Maka kalahlah pula Firaun atas kekuatannya yang diwakilkan kepada
para ahli sihirnya. Perlu pembaca ketahui bahwa ahli sihir di zaman
Firaun memiliki kedudukan lebih dekat daripada para jenderal perang atau
pejabat besar lainnya. Ini diperkuat oleh Al Qur’an dalam surat ke-7
(al-'Araf) ayat ke-110 ketika Firaun meminta perintah kepada ahli sihir
atas kekuatan yang dibawa Nabi Musa as berupa tongkat yang menjadi ular.
Anubis, Dewa Kematian
Luar biasa! Firaun meminta perintah dari
ahli sihir, bukan dirinya yang memberi perintah. Dapat Anda bayangkan
betapa powerful-nya para ahli sihir tersebut di mata Firaun! Tapi apa
yang terjadi ketika mereka kalah dihadapan Nabi Musa as? Ibarat pepatah,
sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah yang terjadi pada Firaun. Ahli
sihir yang sudah kalah tadi juga membelot secara ideologi. Tepat
dihadapan Firaun!
Khnum, Dewa Ram.
Dewa ini menjadi simbol organisasi
rahasia Yahudi Firaun yang kekuatannya diwakilkan pada ahli sihir
tercoreng dua kali secara beruntun. Kemarahan yang begitu besar pun
terlontarkan. Dan ekses ini pun berlanjut ke Bani Israel. Bani Israel
pun melontarkan marahnya kepada Nabi Musa as akan semuanya ini. Melihat
hal ini, maka Allah memberi perintah kepada Nabi Musa as. Dan perintah
dari Allah untuk ini hanya satu : Segera keluar dari tanah Mesir!
Eksodus terbesar dalam sejarah pun terjadi.
Bani Israel dengan di bawah komando Nabi
Musa as mulai keluar dari tanah Mesir. ilustrasi Bani Israel sedang
eksodus Sebuah eksodus Bani Israel yang sangat bersejarah dan sekaligus
berbahaya ! Bersejarah, karena inilah langkah awal mereka mulai
mengawali sebuah kehidupan baru hingga masa kini. Bersejarah, karena
inilah awal mereka menjadi sebuah bangsa yang benar-benar memiliki
sebuah tanah sendiri, bukan tanah bangsa lain. Dan tanah tersebut adalah
Kana’an, Palestina. Bersejarah, karena inilah awal mereka menjadi
sebuah bangsa yang mulai terkuak kedoknya yang pembangkang, penakut,
sombong, tamak terhadap dunia, pembunuh, tukang adu domba dan sebagainya
yang dapat kita rasakan hingga masa sekarang ini.
Osiris, salah satu dewa Mesir
Bersejarah karena inilah awal mereka
akan terpecah menjadi dua kekuatan besar di masa sekarang ini selain
agama Islam, Yahudi dan Nashrani. Bersejarah karena mereka menjadi
bangsa yang merdeka. Bukan lagi menjadi budak hina. Berbahaya, karena
mereka pasti diburu oleh tentara Firaun untuk dibunuh karena keluar dari
Mesir. Berbahaya, karena mereka baru kali ini menggembara di belantara
padang pasir tanpa pengalaman sama sekali hidup dalam dunia padang
pasir. Berbahaya, karena mereka akan menghadapi semuanya, tanah yang
dijanjikan, hidup bebas, ideologi tauhid dengan taruhan nyawa.
Tetapi Bani Israel tidak punya pilihan
lain. Eksodus atau tidak sama sekali! Ingin membuat sejarah baru atau
terkubur oleh sejarah itu sendiri di tanah Mesir. Nabi Musa as pun mulai
mengantarkan mereka menuju tanah baru. Dan itu harus dimulai dengan
menyeberangi Laut Merah. Ketika sampai di hadapan Laut Merah ini pun ada
di antara mereka mulai menggerutu. Di depan laut terbentang luas
sementara mereka tidak punya kapal atau perahu untuk menyeberang. Di
belakang tentara Firaun siap menggorok leher mereka.
Kembali mereka menyalahkan Nabi Musa as
atas tersudutnya keadaan mereka. Dan kembali, sejarah besar terjadi. Dan
ini pun hanya sekali dalam hidup. Bila eksodus besar-besaran ini hanya
terjadi dalam sekali di sejarah manusia, maka laut yang terbelah juga
terjadi hanya sekali dalam sejarah. Memang kehidupan Bani Isarel penuh
dengan sejarah besar. Eksodus, laut terbelah adalah bagian dari sejarah
besar mereka. Dengan terbelahnya laut Merah atas pertolongan Allah
dengan melalui ketukan tongkat musa, maka selamatlah Bani Israel dari
kejaran Firaun.
ilustrasi terbelahnya laut Merah |
Nasib Firaun sendiri? Mati secara
menggenaskan di lautan yang ia akui di bawah kekuasaannya bersama
seluruh tentaranya ketika mencoba melewati jalan yang sama ditempuh oleh
Bani Israel. Dan mayatnya ini tetap diselamatkan oleh Allah sebagai
bukti kekuasaan Allah atas manusia paling sombong yang pernah lahir di
dunia.
ilustrasi Bani Israel sedang menyeberangi laut Merah
Menurut sejarah, hanya mayat Firaun
Ramses II ini sajalah yang di paru-parunya terdapat bekas rendaman air
laut. Adapun mumi yang lain tidak ditemui hal ini. Ini yang membuat para
ahli sejarah Mesir Kuno menyakini jika Ramses II adalah Firaun yang
mengejar Nabi Musa as.
Terlepas dari itu semua, sejarah kehidupan Bani Israel memasuki babak baru.
Dan artikel ini akan menguak bagaimana
watak asli mereka hingga mampu merubah wajah dunia ini menjadi baik dan
buruk. Itu semua berawal dari eksodus mereka. [2] (mss/a7)
Dan sejarah besar ini
telah berawal di Mesir !
Bagaimana nasib Bani Israel selanjutnya? buka postingan berikutnya..