Peta kerajaan Judah (Yahuda) dan Israel
Pasca wafatnya Nabi Sulaiman as pada 931 sM, Rehoboam, salah satu
putranya, naik tahta untuk menjadi raja. Ketika ia menjadi raja, para
tetua Israel menjumpainya untuk menuntut ganti rugi atas keluhan-keluhan
politis dan religius. Dan sang juru bicara mereka adalah Jeroboam,
seorang jenderal Israel yang telah kembali dari pengasingannya di Mesir
karena melarikan dari kegagalan kudeta atas kekuasaan pemerintahan Nabi
Sulaiman as.
Rehoboam menolak mendengarkan suara
konsiliasi dan moderat. Sebaliknya, ia mengirimkan angkatan bersenjata
melawan Israel namun ia kalah telak. Kekalahan ini dimanfaatkan oleh
Jeroboam untuk membentuk kerajaan baru, kerajaan Israel.
Pecahlah kerajaan yang telah dirintis
oleh Nabi Daud as hingga Nabi Sulaiman as menjadi dua kerajaan baru:
Judah (Yahuda) dengan rajanya Rehoboam di wilayah Selatan dengan ibu
kotanya Jerusalem dan Israel di wilayah Utara dengan ibu kotanya Syakem
dan rajanya adalah Jeroboam.
Kerajaan Judah didukung oleh dua suku
dari bani Israel sementara kerajaan Israel didukung oleh 10 suku.
Perpecahan ini terus berlangsung hingga 100 tahun lamanya. Kerajaan
Israel merupakan kerajaan yang rawan di mana penguasanya rata-rata hanya
mampu bertahan selama 11 tahun. Semuanya, ada 9 dinasti, jatuh-bangun
sepanjang 212 tahun periode monarki. Dan bahkan ada satu dinasti saja
yang mampu bertahan hanya dalam waktu 7 hari.
Hanya sedikit dari kesembilan raja yang
menempati tahta wafat karena sebab-sebab alamiah, sakit atau tua.
Sejarah kerajaan Judah tak kalah riuhnya. 20 raja memegang kekuasaan
rata-rata bertahan selama 17 tahun, akan tetapi semuanya dari dinasti
yang sama. Dengan pecahnya kerajaan Palestina ini, maka musuh-musuh Bani
Israel di masa Nabi Sulaiman as bersiap-siap untuk menaklukkan mereka.
Dalam diri Bani Israel sendiri mulailah pula kerusakan secara sosial dan
religius terjadi.
Mereka mulai melupakan ajaran-ajaran
dari Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa as serta beberapa petunjuk dari
Nabi Daud as dan Nabi Sulaiaman as. Bahkan ada sekelompok Bani Israel
yang masih percaya kepada ilmu sihir Mesir kuno mulai berani tampil. Dan
mereka mengklaim bahwa ilmu sihir ini legal secara hukum Taurat karena
Nabi Sulaiman as memiliki tentara dari bangsa Jin yang menurut mereka
adalah tidak mungkin seorang manusia dapat memerintah bangsa Jin jika
tidak memiliki ilmu sihir.
Inilah yang disinggung oleh Allah dalam
Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 102. Dan mereka ini yang mempelajari
ilmu sihir ini menyampaikannya secara lisan dan sembunyi-sembunyi karena
setelah kejadian yang menimpa Samiri dengan patung anak sapi emasnya
ilmu sihir ini harus disampaikan secara rahasia. Kepercayaan ilmu sihir dengan penyampaian secara lisan inilah kemudian disebut dengan Kabbalah.
Kabbalah sendiri berarti "secara lisan". Dan ilmu sihir ini terus
diwariskan secara rapi dan rahasia hingga wafatnya Nabi Sulaiman as
mereka mulai berani tampil secara terang-terangan.
Simbol Kabbalah yang dinisbatkan pada kejayaan negara Israel
Tidak hanya penggunaan ilmu sihir saja,
tetapi The Ten Commandement pun mulai mereka tidak jalani. Akibatnya,
mereka mulai pecah secara religius dan sosial hingga dua kerajaan kecil
berdiri di tengah-tengah musuh yang siap menyerang mereka. Pada 721 sM,
bangsa Assyria menaklukkan kerajaan Israel. Tinggalah kerajaan Judah
bertahan hingga pada 586 sM bangsa Babilonia menyerang dan menghancurkan
kerajaan Judah beserta masjid yang dibangun oleh Nabi Sulaiman as.
Kerajaan Israel yang jatuh ke tangan Assyria ini membuat gatal bagi
kerajaan Mesir hanya sebagai penonton saja.
Padahal mereka tahu kalau tanah
Palestina adalah daerah yang strategis. Maka pada 608 datanglah Fir'aun
dari Mesir untuk menyerang kerajaan Judah dan selanjutnya menyerang ke
wilayah Utara bekas kerajaan Israel yang telah dicaplok lebih dahulu
oleh Assyria. Perang hebat terjadi antara Mesir dan Assyria sedangkan
Bani Israel hanya sebagai tumbal besarnya. Ibarat dua gajah besar yang
bertarung maka sang pelanduk yang menerima akibatnya. Melihat Mesir
menyerang Assyria, Raja Nebukhanedzar dari kerajaan Babilonia tidak bisa
berpangku tangan mengingat kerajaannya telah memiliki hubungan baik
dengan kerajaan Assyria.
Maka perang besar pun tidak terelakkan.
Bani Israel yang telah dicaplok oleh Assyria kemudian diserang lagi oleh
bangsa Mesir kemudian bangsa Babilonia merasa bahwa semuanya tidak ada
yang baik bagi mereka. Sekali dijajah tetaplah mereka bukan tuan rumah
bagi tanah mereka sendiri. Dapat Anda bayangkan bagaimana mereka dijajah
secara beruntun oleh tiga bangsa besar di zamannya tersebut : Assyria,
Mesir dan Babilonia. Tetapi inilah janji Allah. Ingat bacalah kembali
artikel sebelumnya. Bani Israel akan terhina jika mereka tidak
melaksanakan janji Allah dalam Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Pada penjajahan bangsa Babilonia inilah mereka mulai mengenal apa yang
dinamakan diaspora.
Diaspora adalah istilah di mana Bani
Israel mulai berpencar di mana-mana tanpa memiliki tanah sendiri. Mereka
hanya dianggap sebagai pendatang saja. Inilah janji Allah seperti yang
disebutkan dalam Taurat dan Al Qur'an. Nebukhanedzar lalu membunuh raja
terakhir dari kerajaan Judah Shidqiya bin Yawaqem, meruntuhkan masjid,
menawan para penduduknya dan membawanya ke Babilonia.
patung raja Nebukhanedzar
Babilonia adalah sebuah kerajaan dengan
agama pagan sebagai agama utama. Di negeri baru ini Bani Israel pun
mulai tercemar dengan ide-ide baru dari kebudayaan Babbilonia ini.
Kehancuran Palestina dengan segala kepercayaan mereka, masjid dan
hilangnya Tabut, tempat menyimpan Taurat Nabi Musa as, membuat mereka
mulai mencari jati diri baru agar nilai-nilai Taurat tidak hilang di
negeri orang. Mulailah mereka menyusun Taurat yang telah hilang
dicabik-cabik semenjak diserang Assyria.
Pada tahun 538 sM, bangsa Persia tampil
di muka bumi ini dengah gagahnya menaklukkan kerajaan Babilonia. Dengan
sang raja Cyrus, bangsa Persia dari ras Arya ini membawa nasib baru bagi
Bani Israel.
ilustrasi Cyrus The Great
Tidak ada bendanya dengan bangsa
Babilonia, kerajaan Persia pun beragama pagan. Sebuah kepercayaan sangat
bertentangan dengan keyakinan yang dibawa oleh Nabi Musa as. Karena
Bani Israel memiliki kepercayaan yang berbeda dan mereka ada yang tetap
bertahan pada keyakinannya ini maka bangsa Persia menyebut mereka
sebagai bangsa Yahudi, sebuah nama yang dinisbatkan dari Yahuda. Sejak
saat itu bergantilah penyebutan mereka dari Bani Israel menjadi Yahudi,
sebuah nama untuk ras dan sekaligus agama (keyakinan).
Dan nama Yahudi ini khas bagi mereka di
zaman tersebut karena mengingat pada masa tersebut pada umumnya
bagsa-bangsa lain memiliki keyakinan pagan (percaya pada dewa-dewa)
sementara Bani Israel hanya percaya pada satu Tuhan (monoteis). Nama
Yahudi adalah sebuah nama untuk ras sekaligus agama. Dan ini
satu-satunya yang ada di dunia. Sebagaimana kita ketahui agama Islam
diamanatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari
bangsa Arab, tetapi nama Arab hanya untuk penyebutan bangsa dan tidak
ada agama Arab. Demikian halnya dengan agama Nashrani, Hindu dan Budhha.
Tetapi Yahudi adalah unik. Ras sekaligus agama dari satu nama. (mss/a7)
Postingan selanjutnya, akan Anda kami ajak untuk menyelami sisi gelap dari
bangsa Yahudi ini dalam penyelewengannya terhadap Taurat.