Hampir semua korban di Legian, Kuta Bali 12 Oktober 2002 dalam posisi telanjang, saling berpelukan dan kaku. apakah Efek partikel alfa dari mikronuklir? Seorang ahli bahan peledak menyebutkan bahwa bom yang meledak itu jenis C4 (C-four).
Hampir Semua Jenazah Bom Bali Telanjang
Fakta itu, terekam dari hasil bidikan kamera tangan (handycam) milik Feisol H Hashim, pemilik Alam KulKul Butik Resort Kuta, yang dipertontonkan kepada Antara di rumahnya, di Nusa Dua, Kamis. "Saya baru pulang dari Australia untuk menenangkan diri dan sambil berdialog dengan warga serta pelaku pariwisata di sana. Kini saya sudah rada tenang, makanya mau memperlihatkan rekaman ini kepada anda," ungkapnya.
Fakta baru dalam peledakan di Bali. Ternyata, hampir seluruh mayat yang bergelimpangan di bagian ruang dan halaman Paddy's Irish Pub di Jalan Legian Kuta akibat ledakan bom 12 Oktober lalu, dalam keadaan tanpa busana.
Fakta itu, terekam dari hasil bidikan kamera tangan (handycam) milik Feisol H Hashim, pemilik Alam KulKul Butik Resort Kuta, yang dipertontonkan kepada Antara di rumahnya, di Nusa Dua, Kamis. "Saya baru pulang dari Australia untuk menenangkan diri dan sambil berdialog dengan warga serta pelaku pariwisata di sana. Kini saya sudah rada tenang, makanya mau memperlihatkan rekaman ini kepada anda," ungkapnya.
Feisol yang juga Ketua Bidang Pemasaran dan Hubungan Internasional Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), menyebutkan, saat kejadian dirinya berada di tempat usahanya Alam KulKul yang menghadap pantai Kuta dan hanya beberapa ratus meter saja dari lokasi kejadian (TKP) di Legian.
Dalam rekaman gambar hasil bidikan Feisol, tampak jelas kondisi mayat di Paddy's Pub, yang nyaris semuanya tanpa busana, dan posisinya juga 'aneh' seperti sedang berangkulan, terpenung dengan tangan menganjal dagu, terlentang dengan tangan terbuka hingga tekungkup, yang semuanya kaku. "Yang saya tahu semuanya kaku dan bugil dengan posisi aneh, dan hanya ada satu mayat yang saat tanganya ditempatkan dalam posisi orang meninggal (sidakep, kedua tangan di posisi antara dada dan perut)," tuturnya.
Praktisi dan pelaku pariwisata ini mengemukakan bahwa dirinya berada di lokasi sejak beberapa saat setelah bom meledak, Sabtu tengah malam hingga Minggu dini sekitar pukul 03.30 Wita. Sehingga tampak jelas visual "horor" hasil bidikan, beberapa bagian anggota tubuh korban yang berserakan hingga satu potongan tangan menancap di pagar Paddy's.
Drama menyeramkan yang sudah Faisol edit menjadi film dokumenter berdurasi 20 menit tersebut, pernah ditawar oleh stasiun TV Metro seharga Rp30 juta dan TV dari Australia Channel Nine/Sembilan, senilai 15 ribu dolar AS. "Gila apa, penderitaan orang lain dan bencana kemanusia seperti ini saya jual. Masa saya tega menjualnya. Saya tolak penawaran dua TV swasta tersebut," katanya, menegaskan.
Melihat tragedi itu secara langsung dan berhasil mengabadikannya dengan 'handycam', ia sendiri merasa heran dan bertanya, apakah mungkin pelakunya orang seperti Amrozi yang membeli bahan kimia di sebuah toko di Jalan Tidar Surabaya? "Ya entahlah, saya berharap pelaku atau dalang sesungguhnya segera berhasil diungkap dan ditangkap kepolisian. Karena, wisman akan kembali berlibur ke Bali kalau jaminan keamanan serta kenyamanan tercipta," demikian Feisol Hashim.
Praktisi dan pelaku pariwisata ini mengemukakan bahwa dirinya berada di lokasi sejak beberapa saat setelah bom meledak, Sabtu tengah malam hingga Minggu dini sekitar pukul 03.30 Wita. Sehingga tampak jelas visual "horor" hasil bidikan, beberapa bagian anggota tubuh korban yang berserakan hingga satu potongan tangan menancap di pagar Paddy's.
Drama menyeramkan yang sudah Faisol edit menjadi film dokumenter berdurasi 20 menit tersebut, pernah ditawar oleh stasiun TV Metro seharga Rp30 juta dan TV dari Australia Channel Nine/Sembilan, senilai 15 ribu dolar AS. "Gila apa, penderitaan orang lain dan bencana kemanusia seperti ini saya jual. Masa saya tega menjualnya. Saya tolak penawaran dua TV swasta tersebut," katanya, menegaskan.
Melihat tragedi itu secara langsung dan berhasil mengabadikannya dengan 'handycam', ia sendiri merasa heran dan bertanya, apakah mungkin pelakunya orang seperti Amrozi yang membeli bahan kimia di sebuah toko di Jalan Tidar Surabaya? "Ya entahlah, saya berharap pelaku atau dalang sesungguhnya segera berhasil diungkap dan ditangkap kepolisian. Karena, wisman akan kembali berlibur ke Bali kalau jaminan keamanan serta kenyamanan tercipta," demikian Feisol Hashim.
Ahli bom dan investigator independen di Australia, Joe Vialls, dalam situsnya pernah mengungkapkan, korban kejang dan tewas beberapa menit apabila partikel alfa dari mikronuklir terhirup. Vialls juga mengatakan bahwa tanda-tanda aneh pada korban bom Bali pernah diungkapkan oleh ahli forensik Australia. ''Mereka menyatakan ada indikasi bahwa korban-korban itu tewas akibat efek bom yang nonkonvensional,'' jelas Vialls. Namun, menanggapi temuan Feisol itu, Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Edward Aritonang, kepada Republika mengatakan bahwa kondisi korban itu wajar saja.
''Bisa saja waktu bom meledak, para pengunjung ketika itu tanpa memakai busana karena di tempat itu sebelumnya sebagai tempat bebas,'' tegasnya. Menurutnya, hasil rekaman itu belum bisa dijadikan alat bukti. Sehari sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam mendesak Polri mengusut dan mengklarifikasi fakta maupun indikasi tentang keterlibatan pihak asing, baik intelijen maupun nonintelijen. MUI dan ormas Islam menilai pengungkapan kasus itu belum komprehensif dilakukan, terutama menyangkut isu keterlibatan pihak asing. ''Dengan demikian tidak cukup bagi pemerintah atau Polri untuk berhenti pada orang-orang yang disangka melakukan aksi tersebut,'' kata Sekretaris Umum MUI, Din Syamsudin. [2]
Bom Bali Biasa Dipakai Militer Asing
Kesimpulan ini, kata ahli bahan peledak dari TNI ini, dapat dilihat dari efek ledakan yang ditimbulkan, yakni meninggalkan warna hitam pada lokasi yang terkena ledakan. ''Yang jelas, efeknya hitam semua,'' ujar sumber yang tidak ingin dikutip namanya ini.
Efek ledakan ini, lanjutnya, tidak berbeda dengan kasus pengeboman di depan rumah dubes Filipina di Jakarta beberapa waktu lalu. Saat itu bom teridentifikasi berbahan baku C4.
Ia memperkirakan lebih dari lima kilogram C4 dibutuhkan untuk menimbulkan ledakan yang dahsyat dengan kerusakan yang begitu parah.
Bahan peledak jenis ini, ujarnya, tidak dimiliki dan tidak digunakan satuan-satuan di dalam tubuh TNI. Ini sesuai dengan pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Ryamizard Ryacudu, di Seskoad, Bandung kemarin.
TNI, kata KSAD, hanya memiliki peledak jenis TNT, dan sama sekali tidak memiliki bom jenis C4. Oleh karena itu, menurut KSAD, peledakan tersebut bukanlah pekerjaan TNI.
Lebih lanjut ahli peledak itu mengungkapkan bahwa bahan peledak dengan daya rusak luar biasa itu digunakan oleh militer-militer luar negeri, seperti Amerika Serikat.
Lagipula, C4 termasuk langka. Dari sekian kali kasus pengeboman yang terjadi di tanah air, hanya satu kasus yang menggunakan bahan peledak jenis ini, yakni kasus pengeboman di depan rumah dubes Filipina di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Maka, kata sumber itu, bukanlah hal yang mengherankan jika C4 dimasukkan secara gelap ke Indonesia. Sementara itu, pemantauannya sangat sulit dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia. Pihak TNI sendiri, katanya, sebenarnya mempunyai alat deteksi khusus C4. ''Tapi, 'kan alat ini tidak terdapat di semua tempat,'' ujarnya.
Yazid Binzar, staf pengajar kimia ITB, menjelaskan C4 biasa digunakan untuk kepentingan militer. ''Cuma kalangan tertentu yang tahu betul resepnya sebab sangat dirahasiakan,'' tandasnya. Ia menunjukkan bahwa hanya Jerman dan Amerika saja yang tahu seluk beluk bom yang satu ini.
Kalau benar bahan peledak itu C4, maka dapat dipastikan bahwa itu tidak diproduksi oleh PT Pindad, Bandung. Peter Hermanus, ahli senjata dan amunisi dari PT Pindad, yang dihubungi Republika per telepon kemarin menjelaskan PT Pindad memproduksi bahan peledak jenis TNT dan ANVO.
Kabahumas Mabes Polri, Irjen Pol Saleh Saaf, mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki jenis bom yang meledak di Bali. Kendati belum tuntas, Saleh mengatakan bahwa ledakan itu mirip dengan yang terjadi di depan rumah kediaman Dubes Filipina di Jakarta. Saat itu polisi menyimpulkan bahwa bom tersebut berjenis C4/RDX, dengan daya ledak yang luar biasa.
Lalu apakah bom di Bali itu jenis C4? Saleh tidak mau berkomentar. ''Saya 'kan hanya ngomong kesamaan daya ledaknya, seperti di Kedutaan Filipina, belum ke jenisnya,'' katanya kemarin.
Tetapi, menurut sumber di Mabes Polri, bom itu diduga kuat berjenis C4. Ini terlihat dari ciri-ciri ledakan yang menimbulkan guncangan hebat dan diikuti api dengan pembakaran tinggi. Apa yang terjadi di Bali, selain gedung-gedung hancur berantakan, juga timbul kobaran api yang luar biasa.
Selain itu, kata sumber itu, korban ledakan juga memperlihatkan tanda-tanda yang berbeda dengan korban ledakan bom biasa. Pada ledakan bom biasa, seperti berjenis TNT atau bom rakitan, tubuh korban yang hangus, berwarna hitam. Namun, pada ledakan bom C4, korban hangus, tetapi tidak gosong.
Dari mana bahan peledak itu berasal? Akankah dari luar negeri? Tidak ada yang tahu pasti. Kabarnya, dua pekan sebelum kejadian ledakan, kapal perang AS dan Australia berlabuh di Pelabuhan Benoa, Bali. [2]
Sumber :
''Bisa saja waktu bom meledak, para pengunjung ketika itu tanpa memakai busana karena di tempat itu sebelumnya sebagai tempat bebas,'' tegasnya. Menurutnya, hasil rekaman itu belum bisa dijadikan alat bukti. Sehari sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam mendesak Polri mengusut dan mengklarifikasi fakta maupun indikasi tentang keterlibatan pihak asing, baik intelijen maupun nonintelijen. MUI dan ormas Islam menilai pengungkapan kasus itu belum komprehensif dilakukan, terutama menyangkut isu keterlibatan pihak asing. ''Dengan demikian tidak cukup bagi pemerintah atau Polri untuk berhenti pada orang-orang yang disangka melakukan aksi tersebut,'' kata Sekretaris Umum MUI, Din Syamsudin. [2]
Bom Bali Biasa Dipakai Militer Asing
Kesimpulan ini, kata ahli bahan peledak dari TNI ini, dapat dilihat dari efek ledakan yang ditimbulkan, yakni meninggalkan warna hitam pada lokasi yang terkena ledakan. ''Yang jelas, efeknya hitam semua,'' ujar sumber yang tidak ingin dikutip namanya ini.
Efek ledakan ini, lanjutnya, tidak berbeda dengan kasus pengeboman di depan rumah dubes Filipina di Jakarta beberapa waktu lalu. Saat itu bom teridentifikasi berbahan baku C4.
Ia memperkirakan lebih dari lima kilogram C4 dibutuhkan untuk menimbulkan ledakan yang dahsyat dengan kerusakan yang begitu parah.
Bahan peledak jenis ini, ujarnya, tidak dimiliki dan tidak digunakan satuan-satuan di dalam tubuh TNI. Ini sesuai dengan pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Ryamizard Ryacudu, di Seskoad, Bandung kemarin.
TNI, kata KSAD, hanya memiliki peledak jenis TNT, dan sama sekali tidak memiliki bom jenis C4. Oleh karena itu, menurut KSAD, peledakan tersebut bukanlah pekerjaan TNI.
Lebih lanjut ahli peledak itu mengungkapkan bahwa bahan peledak dengan daya rusak luar biasa itu digunakan oleh militer-militer luar negeri, seperti Amerika Serikat.
Lagipula, C4 termasuk langka. Dari sekian kali kasus pengeboman yang terjadi di tanah air, hanya satu kasus yang menggunakan bahan peledak jenis ini, yakni kasus pengeboman di depan rumah dubes Filipina di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Maka, kata sumber itu, bukanlah hal yang mengherankan jika C4 dimasukkan secara gelap ke Indonesia. Sementara itu, pemantauannya sangat sulit dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia. Pihak TNI sendiri, katanya, sebenarnya mempunyai alat deteksi khusus C4. ''Tapi, 'kan alat ini tidak terdapat di semua tempat,'' ujarnya.
Yazid Binzar, staf pengajar kimia ITB, menjelaskan C4 biasa digunakan untuk kepentingan militer. ''Cuma kalangan tertentu yang tahu betul resepnya sebab sangat dirahasiakan,'' tandasnya. Ia menunjukkan bahwa hanya Jerman dan Amerika saja yang tahu seluk beluk bom yang satu ini.
Kalau benar bahan peledak itu C4, maka dapat dipastikan bahwa itu tidak diproduksi oleh PT Pindad, Bandung. Peter Hermanus, ahli senjata dan amunisi dari PT Pindad, yang dihubungi Republika per telepon kemarin menjelaskan PT Pindad memproduksi bahan peledak jenis TNT dan ANVO.
Kabahumas Mabes Polri, Irjen Pol Saleh Saaf, mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki jenis bom yang meledak di Bali. Kendati belum tuntas, Saleh mengatakan bahwa ledakan itu mirip dengan yang terjadi di depan rumah kediaman Dubes Filipina di Jakarta. Saat itu polisi menyimpulkan bahwa bom tersebut berjenis C4/RDX, dengan daya ledak yang luar biasa.
Lalu apakah bom di Bali itu jenis C4? Saleh tidak mau berkomentar. ''Saya 'kan hanya ngomong kesamaan daya ledaknya, seperti di Kedutaan Filipina, belum ke jenisnya,'' katanya kemarin.
Tetapi, menurut sumber di Mabes Polri, bom itu diduga kuat berjenis C4. Ini terlihat dari ciri-ciri ledakan yang menimbulkan guncangan hebat dan diikuti api dengan pembakaran tinggi. Apa yang terjadi di Bali, selain gedung-gedung hancur berantakan, juga timbul kobaran api yang luar biasa.
Selain itu, kata sumber itu, korban ledakan juga memperlihatkan tanda-tanda yang berbeda dengan korban ledakan bom biasa. Pada ledakan bom biasa, seperti berjenis TNT atau bom rakitan, tubuh korban yang hangus, berwarna hitam. Namun, pada ledakan bom C4, korban hangus, tetapi tidak gosong.
Dari mana bahan peledak itu berasal? Akankah dari luar negeri? Tidak ada yang tahu pasti. Kabarnya, dua pekan sebelum kejadian ledakan, kapal perang AS dan Australia berlabuh di Pelabuhan Benoa, Bali. [2]
Sumber :