Bila kita cermati kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi adalah suatu kebijakan yang dzalim dan menyengsarakan. Sehingga masyarakat akan semakin menjerit karena dapat dipastikan akibat kenaikan harga BBM ini, harga-harga kebutuhan pokok, transportasi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya juga akan naik. Oleh karena itu, dijamin rakyat pasti semakin tercekik dan menderita.
Pemerintah tetap bersih keras akan menaikkan harga BBM karena menurut mereka ini merupakan jalan satu-satunya dalam menyelsaikan problem saat ini. Padahal saat ini kondisi rakyat negeri ini berada dalam kemiskinan yang teramat sangat. Hal ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Bank bahwa lebih dari 50% rakyat negeri ini hidup di bawah garis kemiskinan yaitu dengan pengahasilan di bawah US$2/hari. Pemerintah tidak pernah merasakan penderitaan rakyat dan tidak akan pernah mau. Mereka hidup bergelimang harta sedangkan rakyat hidup bergelimang kemiskinan. Mereka hidup berfoya-foya dan sangat boros sedangkan rakyat disuruh hidup hemat dan serba dibatasi. Tentu ini tidak adil!
Pemerintah telah berbohong dan berkhianat kepada rakyatnya. Melalaui kebijakan ini pemerintah justru akan semakin memiskinkan rakyatnya. Tugas penguasa yang seharusnya mengusuri urusan rakyatnya tertapi pemrintahan ini malah mengkurusi rakyatnya.
Dikatakan berbohong karena:
1. Pemerintah selalu berkata bahwa subsidi BBM akan membebani APBN jika tidak dinaikkan. Memang anggaran untuk subsidi BBM dari tahun 2005-2012 naik dari 95 triliyun menjadi 123,6 triliyun. Tetapi ada angaran lain yang sebenarnya lebih membebani bahkan membahyakan jika tidak dipangkas, yaitu:
· Anggaran untuk belanja birokrasi dalam rentang 2005-2012 naik sebesar 400% dari 187 triliyun menjadi 733 triliyun. Bukankah ini yang akan lebih membebani?
· Anggaran untuk pembayaran utang yang mencapai 170 triliyun yang terdiri dari cicilan pokok 43 triliyun dan bunga 123 triliyun. Ini merupakan praktek riba dan sangat membebani APBN!
· Anggaran kunjungan, studi, dan pelesiran ke luar negeri yang mencapai ratusan triliyun karena kebocoran anggaran. Jelas, hobi pemerintah adalah jalan-jalan maka pasti bocor karena kurang!
2. Pemerintah bilang bahwa subsidi tidak tepat sasaran karena dikonsumsi oleh mobil pribadi. Aneh padahal menurut mereka sendiri yang tertuang dalam data Susenas 2012 oleh BPS disebutkan bahwa 65% BBM bersubsidi dikonsumsi oleh kalangan menengah bawah dengan penghasilan di bawah US$4/hari dan kalangan miskin dengan penghasilan di bawah US$2/hari.
3. Pemerintah bilang bahwa lifting (produksi BBM) setiap tahun mengalami penurunan sebesar 12% secara alami. Padahal Ketua Umum Serikat Pekerja Pertamina mengatakan tidak percaya atas penurunan tersebut karena sampai saat ini masih banyak kilang-kilang minyak yang tidak terpantau berapa produksi perharinya dan tidak pernah terukur karena tidak ada alat yang bisa mengukurnya.
Selain itu, pemerintah dikatakan berkhianat kepada rakyat karena kebijakan ini merupakan wujud pengabdian dan keberpihakan kepada asing. Selama ini SPBU-SPBU milik asing sangat sepi dari konsumen karena konsumen lebih memilih BBM bersubdi. Maka dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, harga pertamax tidak terpaut jauh dengan harga BBM bersubsidi sehingga konsumen akhirnya akan berdatangan ke SPBU-SPBU milik asing. Kemudian kebijakan ini juga merupakan realisasi dari UU Migas No. 22 tahun 2001. Pemerintah merealisasikannya karena UU ini murni buatan asing. Selain itu, tekanan dari IMF dan World Bank melalui letter of intent juga menjadi penentu kebijakan sesat pemerintah ini.
Inilah kebohongan dan pengkhinatan pemerintah terhadap rakyat. Pemerintah lebih memilih asing daripada rakyatnya dan lebih mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya dibanding kepentingan rakyatnya. Lantas masihkah kita percaya pada rezim ini? Masihkah kita percaya pada sistem ini?
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya manusia berserikat dalam tiga hal air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu daud)
Sesungguhnya BBM adalah milik rakyat yang sudah semestinya dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat.
http://www.kalam-upi.org/2012/03/hentikan-penguasa-bohong-khianat-dan.html
Pemerintah tetap bersih keras akan menaikkan harga BBM karena menurut mereka ini merupakan jalan satu-satunya dalam menyelsaikan problem saat ini. Padahal saat ini kondisi rakyat negeri ini berada dalam kemiskinan yang teramat sangat. Hal ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Bank bahwa lebih dari 50% rakyat negeri ini hidup di bawah garis kemiskinan yaitu dengan pengahasilan di bawah US$2/hari. Pemerintah tidak pernah merasakan penderitaan rakyat dan tidak akan pernah mau. Mereka hidup bergelimang harta sedangkan rakyat hidup bergelimang kemiskinan. Mereka hidup berfoya-foya dan sangat boros sedangkan rakyat disuruh hidup hemat dan serba dibatasi. Tentu ini tidak adil!
Pemerintah telah berbohong dan berkhianat kepada rakyatnya. Melalaui kebijakan ini pemerintah justru akan semakin memiskinkan rakyatnya. Tugas penguasa yang seharusnya mengusuri urusan rakyatnya tertapi pemrintahan ini malah mengkurusi rakyatnya.
Dikatakan berbohong karena:
1. Pemerintah selalu berkata bahwa subsidi BBM akan membebani APBN jika tidak dinaikkan. Memang anggaran untuk subsidi BBM dari tahun 2005-2012 naik dari 95 triliyun menjadi 123,6 triliyun. Tetapi ada angaran lain yang sebenarnya lebih membebani bahkan membahyakan jika tidak dipangkas, yaitu:
· Anggaran untuk belanja birokrasi dalam rentang 2005-2012 naik sebesar 400% dari 187 triliyun menjadi 733 triliyun. Bukankah ini yang akan lebih membebani?
· Anggaran untuk pembayaran utang yang mencapai 170 triliyun yang terdiri dari cicilan pokok 43 triliyun dan bunga 123 triliyun. Ini merupakan praktek riba dan sangat membebani APBN!
· Anggaran kunjungan, studi, dan pelesiran ke luar negeri yang mencapai ratusan triliyun karena kebocoran anggaran. Jelas, hobi pemerintah adalah jalan-jalan maka pasti bocor karena kurang!
2. Pemerintah bilang bahwa subsidi tidak tepat sasaran karena dikonsumsi oleh mobil pribadi. Aneh padahal menurut mereka sendiri yang tertuang dalam data Susenas 2012 oleh BPS disebutkan bahwa 65% BBM bersubsidi dikonsumsi oleh kalangan menengah bawah dengan penghasilan di bawah US$4/hari dan kalangan miskin dengan penghasilan di bawah US$2/hari.
3. Pemerintah bilang bahwa lifting (produksi BBM) setiap tahun mengalami penurunan sebesar 12% secara alami. Padahal Ketua Umum Serikat Pekerja Pertamina mengatakan tidak percaya atas penurunan tersebut karena sampai saat ini masih banyak kilang-kilang minyak yang tidak terpantau berapa produksi perharinya dan tidak pernah terukur karena tidak ada alat yang bisa mengukurnya.
Selain itu, pemerintah dikatakan berkhianat kepada rakyat karena kebijakan ini merupakan wujud pengabdian dan keberpihakan kepada asing. Selama ini SPBU-SPBU milik asing sangat sepi dari konsumen karena konsumen lebih memilih BBM bersubdi. Maka dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, harga pertamax tidak terpaut jauh dengan harga BBM bersubsidi sehingga konsumen akhirnya akan berdatangan ke SPBU-SPBU milik asing. Kemudian kebijakan ini juga merupakan realisasi dari UU Migas No. 22 tahun 2001. Pemerintah merealisasikannya karena UU ini murni buatan asing. Selain itu, tekanan dari IMF dan World Bank melalui letter of intent juga menjadi penentu kebijakan sesat pemerintah ini.
Inilah kebohongan dan pengkhinatan pemerintah terhadap rakyat. Pemerintah lebih memilih asing daripada rakyatnya dan lebih mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya dibanding kepentingan rakyatnya. Lantas masihkah kita percaya pada rezim ini? Masihkah kita percaya pada sistem ini?
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya manusia berserikat dalam tiga hal air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu daud)
Sesungguhnya BBM adalah milik rakyat yang sudah semestinya dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat.
http://www.kalam-upi.org/2012/03/hentikan-penguasa-bohong-khianat-dan.html