Sistem pendidikan, sebuah bagian penting
dalam fase kehidupan manusia. Baik pendidikan dalam arti formal, maupun
pendidikan dalam arti nonformal. Pendidikan nonformal atau pendidikan
yang berhubungan dengan kehidupan dimaknai berbeda bagi tiap orang, Lain
halnya dengan pendidikan formal, yang biasanya diidentikkan dengan
sistem pendidikan institusional di lembaga-lembaga pendidikan yang kita
kenal selama ini.
Institusi pendidikan negeri dan swasta.
Apa perbedaannya? Pendidikan di lembaga pemerintah dikenal lebih ketat
dalam peraturan dan kurikulum. Dari segi biaya, lembaga pemerintah lebih
murah karena mendapatkan subsidi langsung (zaman kiwari disebut BOS,
yang juga menjadi sasaran korupsi) dari Departemen Pendidikan Nasional
sebagai pemegang keputusan atas seluruh sekolah atau perguruan tinggi
negeri di Indonesia. Mulai dari kurikulum pembelajaran,
pengajar/pendidik, hingga anggaran pendidikan. Pendidikan swasta sangat
tergantung kepada pemilik institusi tersebut. Maka belajar di sekolah
atau perguruan swasta, kita harus rela untuk mengeluarkan uang lebih,
dengan jaminan 'keleluasaan' atau 'hak'. Kurikulum pembelajaran dan
pengajar/pendidik masih disesuaikan dengan Departemen Pendidikan
Nasional.
Anda mungkin juga dapat menyebutkan
perbedaan konseptual yang lainnya antara institusi pendidikan negeri dan
swasta. Namun bagaimana setelah kehadiran istilah privatisasi lembaga
pendidikan pemerintah? Istilah ini yang kemudian dianggap sama dengan
komersialisasi. Sama seperti beberapa perusahaan milik negara yang
sahamnya dibeli oleh orang perorang. Yang paling menjadi pertaruhan
adalah keterjangkauan biaya pendidikan bagi mereka yang dikategorikan
masyarakat menengah ke bawah. Pendidikan kenudian seakan hanya ditujukan
bagi mereka yang mampu memberikan 'jaminan' besar. Aturan-aturan khas
institusi pemerintah yang ketat, mulai luntur seiring dengan waktu dan
kebutuhan lembaga untuk mendapatkan lebih.
Kehadiran era reformasi memang mendorong
berbagai reaksi dari elemen-elemen masyarakat ... termasuk pendidikan.
Institusi bertransformasi menjadi lebih komersial. Di saat yang sama,
muncul ide kebebasan di kalangan siswa/mahasiswa. Mekanisme pembelajaran
seperti penugasan dan absensi menjadi lebih longgar, karena 'jaminan'
pembayaran biaya pendidikan. Menurut pola pikir sebagian mereka, selama
tidak menunggak biaya kuliah, penugasan pun bisa diatur (pengalaman
pribadi rekan penulis yang tengah menempuh pendidikan di perguruan
tinggi ternama di Indonesia).
Dari segi kurikulum pengajaran, dominasi
kurikulum wajib (pelajaran umum) tak mampu dihindari. Kita melihat di
sekolah-sekolah negeri, pelajaran yang berbau 'agama' tidak mendapat
porsi yang memadai. Terlebih di perguruan tinggi, pengajaran agama
dianggap hanya ada di wilayah privat sehingga tidak semestinya lagi
diajarkan di wilayah formal. Dengan kenyataan ini, kita telah dapat
menebak output apa yang dihasilkan melalui pendidikan formal.
Religiusitas telah jauh tergeser oleh sekularisme.
Apa yang terungkap di atas merupakan
dampak dalam sisi institusi atau formal. Di sisi lain, ada yang juga tak
mampu dipisahkan dari fenomena pendidikan kita saat ini. Cara
'perubahan nilai' tidak formal yaitu melalui budaya modern dan
paham-paham alternatif yang siap menampung gejolak idealisme generasi
muda.
Salahkah pernyataan bahwa pergaulan yang
terjadi melalui institusi pendidikan kini lekat dengan proses difusi
budaya modern yang destruktif? Bagaimana kita melihat kenyataan bahwa
institusi pendidikan telah menjadi bagian dari ajang persaingan
eksistensi diri dari para siswa? Mungkin jika saya salah, tidak banyak
orang tua yang kebingungan mencari sekolah yang 'aman' bagi
putera-puterinya agar tidak terjerumus ke dalam budaya destruktif
seperti narkoba, sex bebas, dan tindakan-tindakan kriminalitas.
'Perubahan nilai' dalam bentuk lain menyasar mereka yang berada di
perguruan tinggi. Institusi pendidikan ini seakan menjadi kawah
candradimuka untuk membentuk pola pikir para calon cendekiawan negeri
ini melalui jalur gerakan-gerakan mahasiswa atau kelompok pemikiran.
Mereka dapat saja memilih berhaluan ekstrimis, moderat, demokratis,
liberal, kiri (komunis), atau cenderung pada agama yang
dikelompok-kelompokkan.
Menarik apa yang dinyatakan oleh Henry
Makow Ph.D dalam tulisannya berjudul How University Betrays Students
menjelaskan bahwa: "Universitas modern tidak diabdikan untuk kebenaran,
akan tetapi justru sebaliknya. Represif femanism tidak terkendali di
kampus tapi sebenarnya ini hanya merupakan gejala dari masalah yang jauh
lebih mendalam. "Budaya" Barat Modern didasarkan pada asumsi yang
bersifat menipu dari "Pencerahan," gerakan intelektual yang berasal dari
abad ke-18. Hal ini pada gilirannya merupakan hasil dari program
Illuminati dalam rangka menciptakan sebuah tatanan dunia baru yang
bersifat (sekuler) dengan menyangkal eksistensi Tuhan dan hukum-hukum
spiritual-Nya. Dalam prakteknya berarti mahasiswa Sosial mempelajari
kumpulan pemikiran atheis yang disajikan seolah-olah Dewa mereka.
Profesor mereka yang bertindak sebagai imam agung. Seperti orang tuli
yang menyelaraskan nada piano, mereka mencoba untuk menjelaskan kondisi
manusia namun tanpa merujuk kepada Sang Pencipta, Rancangan atau
Ketuhanan. Mereka menggambarkan manusia sebagai hewan yang menyedihkan
dalam sebuah dunia yang a-moral, dilukiskan dengan perjuangan tanpa
belas kasihan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Mereka memuliakan
"kebebasan" manusia dimana dengan hal tersebut berarti kebebasan untuk
menolak Hukum-hukum Tuhan, dan menuruti hawa nafsu binatang dengan
menciptakan serta menjauhkan fungsi kepribadian perorangan. [1]
Illuminati adalah sebuah perkumpulan
rahasia penyembah Lucifer yang sangat powerful yang dewasa ini sedang
mengendalikan dunia melalui cengkraman kekuasaan ekonomi ribawi dan
politik sekuler atheis, pemikirannya berasal dari Babilonia, Yahudi
Kabbalah, Ksatria Templar, Freemasonry dan perkumpulan rahasia
sejenisnya yang didedikasikan kepada penyembahan kepada Setan dan
kekuasaan mutlak. Illuminisme adalah doktrin Luciferian. (Komunisme
adalah produk lain dari Illuminisme. Semua Pemimpin Komunis adalah
Freemason.) Toga yang dipakai oleh lulusan universitas adalah lambang
Freemasonry. Baju (Gaun) Hitam melambangkan okultisme. Mahasiswa Sosial
tanpa menyadarinya sedang dilantik menjadi seorang pengikut
Lucifer/pemuja Komunis. Tokoh utama Illuminati adalah keluarga
Rothschild dari Inggris.
Proses difusi budaya modern yang
destruktif ternyata tidak terjadi secara alami namun berjalan sesuai
dengan skenario yang telah digariskan oleh para penggagas perubahan
nilai yang bisa kita temukan dalam The Protocols of the Elders of Zion"
yang notabene merupakan Rencana Induk Illuminati yang bertujuan: [2]
- Menguasai Dunia
- Menghapuskan Bentuk Kerajaan
- Menghapuskan Kepemilikan Pribadi
- Menghapuskan Warisan
- Menghapuskan Patriotisme
- Menghapuskan Konsep Agama yang Menyembah Tuhan menjadi Pemujaan Terhadap "akal" – Rasionalisme.
- Pembentukan Tata Dunia Baru
Dalam kaitan dengan dunia pendidikan,
kita temukan pada Protokol Illuminati dalam merancang perubahan nilai
yang disesuaikan dengan arah dan tujuan Illuminati a.l. sbb:
Jangan anggap sejenak pun bahwa pernyataan ini hanyalah kata-kata kosong; camkan baik-baik keberhasilan yang telah kita buat dalam Darwinisme, Marxisme, dan Nietzsche-isme. Bagi kita orang-orang Yahudi, bagaimanapun juga, haruslah secara gamblang memahami dahsyatnya pengaruh merusak dari arahan ini pada pikiran orang-orang goyim. Protokol no. 2Kita telah membodohi, mencekoki, dan merusak para pemuda dari kalangan goyim dengan membina mereka dalam prinsip-prinsip dan teori-teori yang kita ketahui sebagai sesuatu yang salah, walaupun oleh kita jugalah hal itu telah ditanamkan pada mereka. Protokol No.9Agar dapat melakukan penghancuran semua kekuatan kolektif kecuali kekuatan kita, kita harus mengebiri tahap pertama dari kolektivisme, yaitu universitas, dengan mendidik ulang mereka ke suatu arah yang baru. Para pejabat kampus dan profesor-profesornya akan disiapkan untuk tugas mereka melalui program-program kegiatan rahasia yang rinci yang dengannya mereka tidak akan menyimpang, bahkan secuil pun, dengan imunitas terhadap hukuman kita. Mereka akan diangkat dengan pertimbangan khusus dan akan ditempatkan sedemikian rupa hingga sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Protokol no.16
Sebagai
contoh, Anda dapat menelisik latar belakang para pencetus teori yang
dijadikan materi pendidikan seperti Montesquieu, dengan teori Trias
Politica, Darwin dengan Teori Evolusi, Karl Marx dengan Komunisme atau
Plato filosof Yunani, seorang Kabalis dengan Republik-nya.
Sudahkan kita mengetahui siapa
sebenarnya para pelopor yang mendobrak sistem feodal di Perancis dan
memulai Revolusi Besar, mereka adalah Montesquieu, Voltaire, J.J.
Rousseau, Diderot si pemuka materialisme, dan para Ensiklopedis yang
berada di sekeliling mereka. Mereka semua orang-orang Mason, dan
revolusi Perancis sendiri direkayasa oleh Illuminati.
Ide-ide materialistik dan anti-agama
yang kian berkembang pada masa seusai Revolusi Perancis itu mencapai
puncaknya pada abad ke-19. Bila kita amati pemimpin-pemimipin pergerakan
ini, lagi-lagi kita jumpai freemasonry.
Di samping itu, perlu diperhatikan juga,
terdapat banyak orang Yahudi di antara tokoh-tokoh itu. Ini
menunjukkan, orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan para mason
berusaha sekeras-kerasnya untuk melemahkan agama-agama samawi seperti
Nashrani dan Islam; mereka menganut pandangan keduniaan yang materialis,
yang menyediakan tujuan yang sama, dengan landasan filosofis.
Bukan tanpa alasan dan bukti jika
fenomena yang terjadi saat ini benar-benar memiliki dasar cetak biru
sejak ratusan tahun yang lalu. Protokol Zion dirancang oleh mereka yang
tidak membutuhkan keberadaan tuhan (karena telah digantikan oleh
iblis), pelaku dalam dan luar (useful idiots, shills, dan morons)
merencanakan dan mengeksekusi strategi di lapangan sesuai dengan
bidangnya, kemudian terbentuk sebuah sistem pendidikan dilengkapi aspek
pendukungnya. Sistem pendidikan ini yang lalu menjerat para 'korban' dan
mengarahkan mereka dengan pola pikir yang diharapkan.
Perhatikan apa yang dikatakan oleh Samuel Zwemmer, seorang orientalis Yahudi pada tahun 1935, sbb:
"Tugas kita adalah mengeluarkan kaum muslimin dari Islam. Membuat mereka mengekor pada pengajaran, kekuasaan, dan pemikiran kita. Dalam masalah ini kita telah berhasil dengan gemilang. Kita melihat bahwa setiap orang yang lulus dari lembaga-lembaga pendidikan - bukan saja lembaga-lembaga pendidikan missionaris, tetapi lembaga-lembaga pendidikan umum baik negeri maupun swasta - yang menganut kurikulum yang telah kita susun dan telah kita tatarkan kepada ahli-ahli pendidikan, mereka telah keluar dari Islam dalam perilakunya, walaupun namanya tetap muslim. Mereka kemudian masuk dalam orbit politik kita tanpa terasa atau menjadi orang yang tidak membahayakan bagi eksistensi kita. Sungguh, ini keberhasilan kita yang tidak ada bandingnya."
Jadi sangat jelas sekali bahwa
pendidikan mengabdi kepada tujuan Illuminati dan keberhasilan mereka
dalam mensekulerkan pola pikir umat Islam seperti yang digambarkan oleh
Samuel Zwemmer sampai dengan hari ini sudah berlangsung selama 75
tahunan, artinya semakin banyak umat Islam yang melaksanakan program
mereka, baik disadari maupun tidak. Mengapa demikian?, salah satu
sebabnya adalah al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat Islam sudah tidak
lagi dijadikan sumber rujukan oleh mayoritas umat Islam dan hal ini
memang sudah dinubuatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bagaimana umat Islam menyepelekan al-Qur'an seperti diabadikan dalam
al-Quran sbb:
"Berkatalah Rasul: "Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an itu sesuatu yang tidak diacuhkan".[QS al-Furqan 25:30]
Tokoh Illuminati di Amerika Serikat
adalah keluarga Rockefeller dan mereka menganggap manusia sebagai
hewan piaraan. Hal ini terkandung dalam "Occasional Paper # 1" Dana
Pendidikan Umum:
"Dalam mimpi kita, kita memiliki sumber daya yang tak terbatas dan orang-orang yang menyerahkan diri dengan kepatuhan yang sempurna sebagai hasil cetakan tangan-tangan kita. Konvensi pendidikan saat ini yang menurunkan nilai-nilai moral mahasiswa berasal dari pikiran kita, dan tidak terhalangi oleh tradisi, ... " ("The Rockefeller Empire" in Josephson, "The Strange Death of FDR" 1948, p. 69)2)
Dengan kata lain, para pengikut
Illuminati telah mempengaruhi manusia dengan ilusi bahwa mereka sedang
membangun nilai-nilai idaman berdasarkan akal, padahal sebenarnya mereka
sedang membangun tirani neo-feodal. Ini adalah esensi dari
"globalisasi" serta prinsip di balik peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dunia.
Walaupun mereka sudah berhasil
mensekulerkan umat Islam sebagaina dinyatakan oleh Samuel Zwemmer di
atas dan memang realitas dewasa ini membuktikan kata-katanya, namun
sadarilah bahwa agama Islam satu-satunya yang belum berhasil dikebiri,
dua agama samawi sebelumnya, baik agama Yahudi maupun Nashrani sudah
sepenuhnya dikendalikan oleh tipu muslihat Illuminati. Oleh karena itu
tidak berlebihan bila Francis Fukuyama, tokoh penting dalam
neokonservatisme dan think thank dalam the Project for the New American
Century [PNAC] menjelaskan bahwa: ... kita berada di "Akhir Sejarah -
End of History". Yaitu, kita telah mencapai puncak dari kemajuan
intelektual manusia. Kita tidak bisa maju lebih jauh, dan "demokrasi
liberal" gaya Barat merupakan produk akhir. Namun, salah satu benteng
Abad Pertengahan mencegah langkah terakhir kita untuk maju ke depan:
yaitu Islam "militan". Oleh karena itu, menurut Samuel Huntington,
sebagaimana untuk pertama kalinya diterbitkan dalam majalah Foreign
Affairs Dewan Hubungan Luar Negeri - the Council on Foreign Relations,
sebuah kelompok rahasia garis depan dan elusif Illuminati, Barat menuju
konfrontasi yang tak terhindarkan dengan Islam, atau Clash of
Civilizations. [4]
Dunia pendidikan dengan cetak biru
pasal-pasal Protokol Zion bagaikan sebuah akuarium. Terlihat indah,
namun sesungguhnya apa yang berada dalam isinya tidak pernah mampu
berpindah ke tempat lain. Ketika kita menuju sisi yang lain, ternyata
sisi tersebut hanyalah dinding akuarium yang menghalangi kita untuk
benar-benar bebas. Para pelajar dan mahasiswa yang rajin, ternyata
menjadi komoditas pendidikan sekuler. Pengajar dan cendekiawan yang ahli
di bidangnya ternyata justru menyebarluaskan teori-teori untuk
membentuk pola pikir sesuai dengan tujuan mereka. Sementara para aktivis
pemuda yang mempertahankan idealismenya, ternyata tengah melawan
Tuhannya sendiri.
Memang sulit untuk kita keluar dari
akuarium raksasa ini ketika telah berada di dalamnya. Namun bukan
berarti kita hanya mampu pasrah. Tetap berpikir kritis mengenai apa saja
yang didapatkan melalui institusi pendidikan. Kita pun justru dapat
menggunakan 'ilmu' mereka untuk memahami sepak-terjang dan tipu-daya
konspirasi Illuminati penyembah setan untuk memberikan perlawanan
semampu mungkin. Pelajari arus namun jangan ikuti ke mana 'mesin
pencuci' berputar. Atau menjadi ikan di akuarium yang terkadang bisa
melompat ke luar daripada terus terperangkap di dalamnya.
Sebagai penutup, marilah kita renungkan bersama peringatan Allah Azza wa Jalla dalam kaitan permasalahan di atas berikut ini:
"Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." [QS al-Mai'dah 5:54]
Wallahu'alam
Referensi:
- Digital Qur'an Version 3.1
- Henry Makow Ph.D, "Bagaimana Universitas Mengkhianati Mahasiswa"
- Protokol Zion menurut versi Doc Marquis yang judul lengkapnya The [decoded] Illuminati's Protocols of the Learned Elders of Zion menyebutkan bahwa ayat-ayat di dalamnya telah 'didekode'. Salah satunya adalah kata Yahudi yang terdapat di dalam protokol sebenarnya yang dimaksud adalah Illuminati.
- William G. Carr, "Yahudi Menggenggam Dunia",
- David Livingstone, "Terrorism and the Illuminati, a Three Thousand Year History"
- Harun Yahya, "Mengenal Allah Lewat Akal"