Hari-hari ini banyak orang tua di negeri ini yang lagi nervous memikirkan lanjutan sekolah anak-anaknya. Mulai dari yang SD pindah ke SMP, dari SMP pindah ke SMA, dan dari SMA pindah ke perguruan tinggi. Kebingungan dalam menyiapkan sekolah lanjutan ini ternyata tidak hanya melanda negeri ini, di negeri yang paling banyak menjadi tujuan belajar kalangan ilmuwan, businessman dan politikus negeri ini – Amerika Serikat –, ternyata hal yang sama terjadi. Situasi menjadi tambah runyam, karena ternyata perguruan tinggi di Amerika selama ini lebih menyerupai konspirasi dan penipuan raksasa yang menyandera masa depan warga Amerika sendiri. Setidaknya hal inilah yang terungkap dalam film dokumenter panjang yang dapat Anda ssaksikan sendiri di sini.
Film dokumenter ini juga bukan film sembarangan karena yang menyiapkannya adalah National Inflation Association
yang memiliki misi untuk mengedukasi warga Amerika agar siap menghadapi
hyperinflasi negeri itu. Jadi film dokumenter ini merupakan bagian
dari sosialisasi mereka, agar masyarakat yang mau belajar dan berpikiran
terbuka dapat membuka wawasan yang lain – di luar pemikiran-pemikiran
yang sudah melembaga di masyarakat.
Apa yang terjadi di Amerika yang
digambarkan oleh film dokumentar yang berdurasi lebih dari 1 jam
tersebut adalah amat sangat mirip dengan apa yang terjadi di negeri ini.
Mengapa demikian? Ya karena para ahli dan pendidik negeri ini – sangat
banyak yang dididik di negeri Paman Sam tersebut.
Mulai terjadinya penyimpangan di dalam pendidikan –menurut film dokumenter ini– adalah ketika anak–anak memasuki tahun keenam sekolah dasar. Pada tahun tersebut pendidikan terfokus hanya mentargetkan agar anak-anak bisa memperoleh sekolah lanjutannya dengan baik. Kejadian ini terus berulang ketika anak-anak di sekolah lanjutan (SMP dan SMA), fokus pendidikannya adalah agar anak-anak ini bisa memperoleh perguruan tinggi yang baik. Perguruan tinggi yang baik seolah menjadi tiket masa depan bagi generasi muda sehingga inilah yang dikejar habis-habisan.
Selama bertahun-tahun anak sekolah dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, mereka tidak diajari untuk berpikiran luas menghadapi dunia nyata, berdagang, membangun usaha ataupun menciptakan produk – produk unggulan, tetapi diajari untuk berpikiran sempit sekedar siap mencari sekolah lanjutan, perguruan tinggi dan siap mencari lapangan kerja yang baik.
Anda mungkin berpikir bahwa lho tetapi
di Amerika kan tempat lahirnya produk-produk inovatif seperti software
komputer yang paling banyak dipakai di seluruh dunia hingga kini, juga
PC dan Mac yang kemudian mengubah dunia? Betul demikian, tetapi ide-ide
cemerlang tersebut juga tidak lahir dari lingkungan perguruan tinggi –-
tetapi lahir dari jiwa para entrepreneur-– yang kemudian tentu para
lulusan perguruan tinggi terbaik dapat melengkapinya dengan para
engineer dan penelitinya, dengan accountant-nya, dengan para lawyer-nya,
dan seterusnya.
Lantas apakah dengan demikian kita tidak
perlu menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi? Tidak juga demikian.
Bila anak Anda dapat lulus masuk perguruan tinggi terbaik – syukurilah
dan lanjutkan. Tetapi untuk pendidikan anak-anak Anda tersebut tidak
cukup hanya diserahkan ke sekolah atau perguruan tinggi terbaik
sekalipun. Anda harus terlibat menyiapkan mereka untuk siap menghadapi
dunianya yang nyata kelak.
Sebaliknya bila karena satu dan lain hal
anak Anda tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi yang baik, Anda
juga tidak perlu cemas – dunia tidak kiamat karenanya. Begitu banyak
ilmu dan keterampilan hidup yang bisa dipelajari dengan sangat baik
tanpa harus masuk perguruan tinggi yang formal sekalipun. Tetapi
bagaimana bisa menyiapkan anak-anak tersebut untuk sukses di masyarakat,
bila tidak melalui jalur perguruan tinggi?
Ada setidaknya 4 (empat) cara yang saya
temukan dari orang-orang yang saya kenal langsung, yang menurut saya
sukses melaksanakan konsep pendidikan di luar jalur sekolah/perguruan
tinggi yang formal ini.
Cara yang pertama adalah menggunakan
teknologi internet untuk belajar dan mengasah keterampilan. Internet
bisa menjadi kampus yang tidak berbatas bagi anak-anak Anda, tinggal
mengarahkan saja kepada ilmu dan keterampilan yang dibutuhkannya untuk
siap terjun ke masyarakat. Cara pertama ini yang kami tempuh sekeluarga,
meskipun semua anak-anak kami alhamdulillah juga kuliah di perguruan
tinggi negeri – tetapi pelajaran untuk terjun ke dunia nyata-nya lebih
banyak dipelajari dari internet. Untuk ini yang kami perlukan hanya
ruang belajar bersama yang tersambung ke internet dan sejumlah komputer –
agar tidak rebutan.
Cara yang kedua adalah cara yang
ditempuh oleh teman dan tetangga saya. Dia adalah Doktor dari Inggris
yang memutuskan untuk mendidik anak-anaknya sendiri dengan ilmu yang
sangat dia kuasai, sejak anak-anaknya masih di tingkat SMP – mereka
sudah bisa memenangkan kontes robot yang melibatkan masyarakat umum.
Anak-anak dengan ilmu dan keterampilan khusus semacam ini, insya Allah
akan dapat berbuat banyak di masyarakat, baik dia kemudian menempuh
jalur perguruan tinggi formal ataupun tidak.
Cara ketiga adalah apa yang dilakukan
oleh keluarga teman saya yang lain, keluarga soleh yang pernah saya
tulis di situs ini ketika mereka berada di kapal Mavi Marmara. Suami
istri jurnalis dari media asing ini – subhanallah – seolah bisa hidup di
negeri mana saja yang dia tuju tanpa ada beban-beban yang
menghalanginya. Bagaimana dengan pendidikan 6 orang anaknya? Tidak
masalah, mereka ajari sendiri di rumah – di mana saja dia tinggal dan
dengan mengambilkan guru-guru terbaik di bidangnya. Salah satu putrinya
yang masih belia misalnya, adalah sedikit remaja putri Indonesia yang
memiliki hafalan Al-Qur'an dengan sanad yang nyambung sampai ke
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam – bahkan dia juga memiliki
ijazah dari gurunya untuk dapat mengajarkan hafalan yang bersanad ini
sampai ke Indonesia.
Cara keempat adalah yang dikembangkan
oleh guru ngaji saya yang lulusan Madinah. Pemikiran beliau adalah
sangat masuk akal, untuk melahirkan generasi terbaik dari umat ini –
kita harus mengikuti persis bagaimana generasi terbaik dari umat
terdahulu dididik. Bagaimana generasi unggul para sahabat dididik
langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, sampai juga
bagaimana delapan abad kemudian pendidikan melahirkan generasinya
Muhammad Al Fatih yang dapat menaklukkan Konstantinopel. Tim dari guru
ngaji saya ini kini sudah rampung menggali kembali blue print pendidikan
generasi unggulan umat ini terdahulu, tahapnya kini tinggal mencari
bentuk aplikasinya yang fit dengan masyarakat dan infrastruktur yang
available di zaman modern ini.
Walhasil banyak cara untuk mendidik dan
menyiapkan anak untuk menjadi generasi unggul masa depan – dengan
ataupun tanpa melalui jalur pendidikan formal yang ada di jaman ini.
Insya Allah.
Penulis : Muhaimin Iqbal ( Direktur Gerai Dinar dan kolumnis hidayatullah.com)
Sumber : www.akhirzaman.info/