Salah satu organisasi fasis yang mendapat dukungan dari kalangan muda di Amerika adalah The National Alliance (Aliansi Nasional). Organisasi ini awalnya didirikan pada tahun 1970 oleh Dr. William Pierce, seorang dosen muda bidang fisika pada Oregon State University, dengan nama The National Youth Alliance (Aliansi Pemuda Nasional). Cirinya yang menonjol adalah menjadikan perguruan tinggi dan universitas sebagai sasaran. Umur keanggotaan dibatasi di bawah tiga puluh tahun. Namun selanjutnya, batasan umur dihapuskan dan sebuah organisasi baru diciptakan dengan nama The National Alliance.
The National Alliance |
Salah satu tujuan utama organisasi ini adalah menekankan sangat pentingnya mendidik pemuda dengan pemikiran-pemikiran rasis. Hal itu, dipercayai, akan memungkinkan munculnya generasi mendatang yang punya kesadaran akan keunggulan ras mereka. Seperti semua organisasi rasis lainnya, The National Alliance bertujuan untuk mempertahankan keunggulan ras kulit putih dalam keadaan apa pun. Dr. Pierce merangkum tujuan-tujuan ini dalam sebuah wawancara dengannya pada tahun 1997,
Dr.William Pierce |
"Pada akhirnya, kita harus memisahkan diri kita dari orang-orang kulit hitam dan orang-orang bukan kulit putih lainnya, dan mempertahankan agar kita tetap terpisah, tak peduli apa pun yang diperlukan untuk mencapai hal itu.... Pada akhirnya, kita harus mengejar mereka dan menyingkirkan mereka." [1]
Hal itu, tentu saja, bukanlah satu-satunya kemiripan antara The National Alliance dengan organisasi fasis lainnya. Seperti halnya dengan orang-orang yang percaya pada teori evolusi, hal tersebut juga tampak jelas pada The National Alliance. Tak peduli berapa banyak anggota organisasi yang mengaku taat beragama, pernyataan-pernyataan mereka mengungkapkan bahwa kepercayaan mereka benar-benar bertentangan dengan agama. Secara umum, pernyataan mereka adalah sebagai berikut.
"Kami melihat diri kami sebagai bagian tak terpisahkan dengan kesatuan dunia di sekeliling kami, yang berputar sesuai dengan hukum alam. Dengan kata paling sederhana: Hanya ada satu kenyataan, yang kami namakan Alam:... Kami adalah bagian dari alam dan berada di bawah hukum-hukum alam. Dalam cakupan hukum-hukum inilah, kami bisa menentukan nasib kami sendiri.... Dengan kata lain, kami sendirilah yang bertanggung jawab atas segala hal, dan untuk itu kami memiliki kekuatan untuk memilih: khususnya, dalam lingkungan kami dan untuk masa depan ras kami. Pandangan ini mungkin berlawanan dengan pandangan Yahudi."[2]
Seperti yang telah kita lihat, penggunaan prinsip-prinsip agama dalam pidato-pidato oleh kelompok rasis dan fasis, dan usaha mereka untuk menampilkan diri mereka sebagai orang yang hidup dengan moral agama, adalah sekadar taktik tipuan. Penelitian oleh sosiolog dan akademisi menegaskan kenyataan ini. Salah seorang akademisi itu adalah Jack Levin, direktur studi tentang Kekerasan dan Pertentangan Sosial pada Boston's Northeastern University. Levin menyatakan bahwa alasan kelompok-kelompok ini menggunakan sumber-sumber Alkitab adalah untuk "memberikan sebuah citra kebenaran agama" untuk pesan-pesan mereka yang penuh kebencian.[3]
Hal itu, tentu saja, bukanlah satu-satunya kemiripan antara The National Alliance dengan organisasi fasis lainnya. Seperti halnya dengan orang-orang yang percaya pada teori evolusi, hal tersebut juga tampak jelas pada The National Alliance. Tak peduli berapa banyak anggota organisasi yang mengaku taat beragama, pernyataan-pernyataan mereka mengungkapkan bahwa kepercayaan mereka benar-benar bertentangan dengan agama. Secara umum, pernyataan mereka adalah sebagai berikut.
"Kami melihat diri kami sebagai bagian tak terpisahkan dengan kesatuan dunia di sekeliling kami, yang berputar sesuai dengan hukum alam. Dengan kata paling sederhana: Hanya ada satu kenyataan, yang kami namakan Alam:... Kami adalah bagian dari alam dan berada di bawah hukum-hukum alam. Dalam cakupan hukum-hukum inilah, kami bisa menentukan nasib kami sendiri.... Dengan kata lain, kami sendirilah yang bertanggung jawab atas segala hal, dan untuk itu kami memiliki kekuatan untuk memilih: khususnya, dalam lingkungan kami dan untuk masa depan ras kami. Pandangan ini mungkin berlawanan dengan pandangan Yahudi."[2]
Seperti yang telah kita lihat, penggunaan prinsip-prinsip agama dalam pidato-pidato oleh kelompok rasis dan fasis, dan usaha mereka untuk menampilkan diri mereka sebagai orang yang hidup dengan moral agama, adalah sekadar taktik tipuan. Penelitian oleh sosiolog dan akademisi menegaskan kenyataan ini. Salah seorang akademisi itu adalah Jack Levin, direktur studi tentang Kekerasan dan Pertentangan Sosial pada Boston's Northeastern University. Levin menyatakan bahwa alasan kelompok-kelompok ini menggunakan sumber-sumber Alkitab adalah untuk "memberikan sebuah citra kebenaran agama" untuk pesan-pesan mereka yang penuh kebencian.[3]
Lihat video game ini
Sumber : - http://id.harunyahya.com/id/books/2417/TERORISME-RITUAL-SETAN/chapter/3511/Terorisme-Ritual-dajjal-
Original Source - http://www.harunyahya.com/en/Books/959/terrorism-the-ritual-of-the/chapter/1399
Original Source - http://www.harunyahya.com/en/Books/959/terrorism-the-ritual-of-the/chapter/1399
- https://encyclopediadramatica.es/National_Alliance
Referensi
[1] The Explosion of Hate The Growing Danger of The National Alliance
(http://www.adl.org/explosion_of_hate/intro_venomous_voice.html)
[2] General Principles of National Alliance
(http://www.natvan.com/what-is-na/na1.html#natural
[3] S. Hogan-Albach, D. Pardue, “The Word Misread Klan Twists Bible’s Message to
Back Racist Beliefs”, Knight Ridder Newspaper, 27 Juni 1996