Talmud, Sejarah dan Periode Kepenulisan
Talmud
merupakan kitab suci kaum Yahudi terpenting. Keutamaan Talmud bahkan
mengatasi kitab Perjanjian Lama yang biasa disebut Taurat. Kitab Talmud
bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama, tetapi juga
menjadi ideologi, prinsip, serta arahan bagi perumusan kebijakan negara
dan pemerintah Israel. Dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada
umumnya.
Sebagaimana Al-Qur’an dan Alkitab, sejarah penulisan
Talmud memakan waktu yang lama. Pada awalnya penyebaran ayat-ayat Talmud
hanyalah secara lisan saja. Talmud yang bermakna pengajaran atau ajaran
merupakan hasil kerja dari beberapa penganut mazhab Yahudi yang berisi
mengenai tingkah laku. Para ahli itu menyatakan bahwa mereka memberi
‘pagar’ pada Taurat Musa agar ditaati dengan baik.
Sebenarnya
Talmud adalah karya dari beberapa angkatan. Karena waktu untuk
menyiapkannya lama, bahan-bahan itu disampaikan oleh guru secara lisan,
lalu dihafalkan oleh para murid. Didalam karya tersebut ada
diskusi-diskusi, keterangan-keterangan, tafsir, serta penerapan contoh
yang diberikan oleh ahli-ahli dari zaman dan terus bertambah. Oleh
karena itu dapat dipahami bahwa pada umumnya isi Talmud bercorak
kasusistik. Didalamnya ditetapkan hal-hal yang boleh dilakukan atau
tidak boleh dilakukan. Atau perbuatan halal haram. Talmud itu agak mirip
dengan hadis Islam yang menguraikan ilmu Fikih. Namun, sumber isi
Talmud tidak merujuk kepada Nabi Musa, seperti halnya isi hadis Islam
yang semua sumbernya merujuk kepada Nabi Muhammad S.A.W. Di dalam Talmud
terdapat banyak pendapat yang pernah dikemukakan oleh para ahli
terkenal dengan merujuk pada kitab suci.
Setelah
manuskrip-manuskrip tradisional itu dikumpulkan dan dicatat beberapa
kali, hanya dua edisi terakhir yang terpelihara dan berpengaruh hingga
sekarang. Kedua edisi itu adalah hasil kerja keras dua pusat
perundang-undangan Yahudi. Naskah pertama berada di Jerussalem yang
menghasilkan Talmud Yerushalmi (Talmud Yerussalem) memuat tradisi dari
Jerussalem. Sementara naskah kedua berada di Mesopotamia yang
menghasilkan Talmud Bivli (Talmud Babylonia) berisi tradisi dari
Mesopotamia. Anehnya di dalam tiga buku tulisan Flavius Josephus
(sejarawan Romawi berdarah Yahudi) yang ditulis pada awal abad pertama
Masehi, tidak ada satupun yang menyebut tentang Talmud. Data tersebut
menguatkan pendapat bahwa tradisi penulisan Talmud dimulai jauh setelah
zaman pemberontakan itu terjadi. Talmud berisi diskusi-diskusi para rabi
Yahudi tentang hukum, etika atau perilaku, tradisi, dan sejarah Yahudi.
Talmud terdiri dari dua bagian, yaitu Mishnah dan Gemara.
Mishnah adalah kelompok hukum tak tertulis atau lisan bangsa Yahudi,
khususnya dikalangan mazhab Farisi. Bagian ini menjadi bahan perdebatan
sepanjang tahun 70-200 M oleh kelompok rabi Yahudi yang disebut
‘tannaim’ (tanakh). Tanakh adalah rabi yang bertugas sebagai guru,
pembuat hukum, dan penghubung dengan Kekaisaran Roma pada zaman 70 -200
M. Sama halnya dengan sebutan ‘tannaim’ untuk kelompok tanakh, zaman
mereka hidup disebut juga ‘Zaman Tannaim’
Gemara adalah naskah
Mishnah yang direvisi, disajikan dari bahasa lisan ke dalam bahasa
Aramic (bahasa penulisan Injil Kuno), ditinjau dalam bahasa Ibrani, dan
disamarkan sebagai amandemen Mishnah.
PERIODE TALMUD
Neusner dalam The Way of Torah: An Introduction to Yahudi mengurutkan periode pencapaian bangsa Yahudi sebagai berikut:
•Sekitar tahun 80-110 M.
Gamaliel mengepalai sebuah akademi di Javneh,
Kanonisasi terakhir kitab-kitab suci Ibrani,
Pengumuman Tata Tertib Peribadatan oleh para rabi.
Flavius Jospehus menulis tiga buku, yang didalamnya tidak satu kata pun tentang ‘Talmud’, ‘Mishnah’, dan ‘Gemara’.*
•Tahun 90-95 M.
Pembentukan Dewan Gereja Yavne atau Dewan Gereja Yamnia. Salah satu
keputusan dari Dewan Gereja ini adalah penolakan Naskah Perjanjian Lama
berbahasa Yunani atau disebut Septuaginta (LXX).*
•Tahun 120 M.
Akibat memimpin gerakan Rabinis.
•Tahun 132-135 M.
Bar Kokhba memimpin perang Mesianis melawan Roma,
Palestina sebelah selatan hancur.
•Sekitar tahun 220 M.
Akademi Babel didirikan di Sura oleh rabi.
•Sekitar tahun 250 M.
Pakta antara bangsa Yahudi dan Raja Persia, Syapur I; bangsa Yahudi
harus mengindahkan hukum negara; bangsa Persia harus mengizinkan bangsa
Yahudi untuk memerintah diri mereka sendiri, hidup sesuai dengan agama
mereka sendiri.
•Sekitar tahun 300 M.
Penutupan Tasefta, kelompok material suplemen dalam tafsir dan penjelasan Mishnah,
Mazhab Pumbedita yang dipimpin Abbaye, kemudian Raba membuat dasar-dasar Talmud Babel.
•Sekitar tahun 400 M.
Talmud dari Israel disempurnakan atas tanggapan sistematis tentang
empat dari enam bagian Mishnah, khususnya Pertanian, Musim, Perempuan,
dan Kerusakan (bagian yang dibuang: Hal-Hal Yang Suci dan Penyucian),
Rabi Asi mulai membentuk Talmud Babel yang baru selesai pada tahun 600 M.
•Tahun 630-640 M.
Penaklukan Muslim terhadap Timur Tengah.
•Sekitar tahun 700 M.
Saboraim merampungkan pengeditan terakhir Talmud Babel atas sebuah
tanggapan sistematis tentang empat dari enam bagian Mishnah
(dikecualikan: Pertanian dan Penyucian)
Periode tersebut
menunjukkan bahwa kehilangan kekuatan politik secara total memaksa orang
Yahudi memulai suatu era aktivitas sastra. Mereka mendirikan banyak
akademi yang mencapai puncaknya dalam pengumpulan Mishnah, Talmud
Jerussalem, dan Talmud Babel. Sebenarnya Talmud Babel mendapat bentuk
akhirnya pada zaman pembebasan Irak oleh tentara Islam pada sekitar
tahun 700 M atau mungkin sesudah itu. Penulisan teks Talmud semakin
matang dengan pengaruh kuat perkembangan penulisan fikih Islam yang
sudah mengakar di Irak selama enam dekade sebelumnya.
|
Talmud Babilonia |
Ada dua
Talmud yang berhasil dikumpulkan, yaitu Talmud Jerussalem dan Talmud
Babylonia, yang mendapat kedudukan lebih tinggi. Namun sebenarnya
ketetapan yang pasti masih diperdebatkan. Contohnya Talmud Babylonia
yang mempunyai empat tahun penulisan yang berbeda yang harus diputuskan,
yaitu tahun 400, 500, 600, dan 700 M. Artinya tidak ada kepastian dan
bukti meskipun tahun yang diberikan oleh Neuser tidak salah karena
suntingan akhir diselesaikan pada zaman peradaban Islam di Irak dengan
bantuan sarjana fikih.
Hakekatnya, tanggapan dan penjelasan tentang
Mishnah ini terjadi secara terus-menerus dan berkelanjutan. Naskah ini
merupakan sebuah proyek penulisan Talmud yang terus berjalan yang bahkan
pada abad ke-13 M, penulisan ini masih belum berhenti. Dalam hal ini,
peradaban Islam berperan dominan dalam membantu meningkatkan upaya
bangsa Yahudi ini.
Max I Dimon mencatat kekhawatiran para Rabi
Yahudi saat terjadi pergolakan pada abad ke-5 hingga 7 Masehi, yaitu
perang antara kaum Muslim dan Persia-Roma terjadi. Pergolakan ini
membawa pengaruh terhadap hilangnya tradisi lisan Yahudi. Awalnya para
rabi Yahudi saat itu mengizinkan penulis untuk mencatat bagian-bagian
Mishnah dan Gemara. Usaha-usaha ini ditugaskan kepada para pelajar yang
dikenal sebagai Saboraim. Mereka adalah golongan yang memahami bahasa
Ibrani dan Aramic. Teks hasil kompilasi dari orang-orang tersebut
kemudian disebut dengan Talmud. Tugas ini memakan waktu hingga 200 tahun
bahkan lebih.
Dari keterangan tersebut, diketahui bahwa
penulisan Talmud dimulai setelah terjadinya perluasan kekuasaan Islam
sehinggan gaya penulisan Talmud terinspirasi oleh sistem fikih agama
Islam. Hal itu merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan. Artinya
pencerahan yang dibawa oleh orang Islam mempengaruhi pencerahan bangsa
Yahudi. Jadi tidak logis jika para Orientalis menuduh Al-Qur’an
menjiplak kitab-kitab sebelumnya.
Dari cara penyusunan
kaidah-kaidahnya, terlihat bahwa penyusunan bentuk akhir Talmud oleh
Rabi Yahudi diilhami metode penyusunan fikih Islam. Di dalam Talmud ada
bab tentang Tohoroth (Bersuci), Nashim (Kewanitaan), Sabbath
(Peribadatan Hari Sabtu), Kodashim (Ritual Hewan Kurban), Nazikim
(Kehancuran), dan lain-lain. Hanya saja di dalam Talmud tidak diberikan
kaidah-kidah untuk mengeluarkan suatu hukum. Akibatnya banyak ayat
Talmud yang bertentangan dengan sumber asli, yaitu Kitab Taurat dan
kitab para nabi Bani Israil. Hal ini pernah dikritik oleh Nabi Isa A.S.
ribuan tahun yang lalu.
Bentuk akhir Talmud Babylonia terbentuk
pada masa setelah Islam berkuasa di Irak (sekitar tahun 700 M), atau
mungkin sebelum itu terjadi. Talmud Babylonia matang dibawah pengaruh
kuat fikih Islam yang sudah berakar di Irak selama enam dekade.
Berkaitan dengan metode fikih Islam ini, muncul inspirasi bagi beberapa
rabi Yahudi untuk menyusun kitab fikih Yahudi seperti itu pula. Para
Rabi Yahudi melihat bahwa keteguhan orang Islam pada agamanya disebabkan
oleh teks-teks Al-Qur’an, hadis, dan fikih yang tersusun rapi dan
terpercaya. Ketika itu kaidah penyusunan seperti teks-teks Islam belum
dimiliki oleh bangsa Yahudi. Kemudian Talmud Babylonia pun disusun, yang
salah satu isinya adalah traktate atau risalah aturan tentang ibadah
pada hari Sabat.
|
Bush dan Talmud |
Kolonel E.N. Sanctuary dari Dinas Intelijen
Militer Amerika Serikat pernah mempelajari Talmud. Ia menerbitkan sebuah
ringkasan dalam bentuk buku dengan judul The Talmud Unmasked. Di dalam
tulisannya itu ia menuliskan pada halaman 22 sebagai berikut:
“Cetakan pertama Talmud versi lengkap diterbitkan di Venezia pada tahun
1520. Dan, dalam sebuah Muktamar Gereja di Polandia pada tahun 1613,
para rabi dari Jerman mengumumkan bahwa tidak boleh menerbitkan apa pun
yang bisa menyakiti hati kaum Kristiani dan menyebabkan tuduhan terhadap
Israel. Namun demikian Talmud diterbitkan di Belanda pada tahun
1644-1648.”
H. Danby, penerjemah The Mishnah memberi tanggapannya pada “Pendahuluan” , halaman xxviii-xxix sebagai berikut:
“Selama beberapa abad setelah penaklukan Islam, Babylonia selalu
menjadi pusat utama pendidikan rabinikal. Hubungan dengan
sarjana-sarjana Islam Arab dalam batas tertentu berfungsi sebagai
penyegaran rangsangan. Pada abad kesembilan dan kesepuluh, hal ini
menjadi permulaan pembelajaran filologi dan gramatikal tentang literatur
Ibrani; dan Hai Galon adalah orang pertama yang membuat tanggapan
tentang Mishnah yang masih ada sampai sekarang.”
Maimonides
(1135-1204 M), salah seorang tokoh besar pada abad pertengahan, pada
awal masa dewasanya menulis sebuah pendahuluan dan tanggapan terhadap
Mishnah secara keseluruhan. Pendahuluan dan tanggapan itu ditulis dalam
bahasa Arab dengan judul Kitab es-Siraaj (The Book of the Lamp).
.
Dari keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa banyak kaum terpelajar
Yahudi yang mendapatkan manfaat dari masuknya Islam ke Babylonia, Irak.
Bahasa Arab, metode, dan prinsip-prinsip fikih yang dikembangkan oleh
para sarjana Islam membantu mereka. Seorang tokoh besar Yahudi abad
pertengahan , Maimonides secara jelas menggunakan metodologi Islam-yang
memang sudah teruji- dalam kajian-kajian Yahudi.
Terkait
dengan persoalan tersebut, Prof. Dr. M.M. Al-A’zami (The History The
Qur’anic Text , hal.280-281) memberi tanggapan bahwa dugaan para ahli
Barat bertentangan dengan realitas yang sebenarnya terjadi. Bahwa orang
Islam dituduh meminjam tanpa malu-malu dari orang Kristen dan Yahudi.
Bahkan, Nabi Muhammad, jika tidak dituduh ‘mencuri’ dari sumber-sumber
Biblikal, dikatakan sebagai seorang pengkhayal yang berpegang pada
prototipe Rabinikal. Yang sebenarnya terjadi adalah orang Yahudi dan
Kristen mendapat manfaat besar dari kemajuan-kemajuan metodologi dan
budaya Islam. Mereka memanfaatkannya sebagai inspirasi
pencapaian-pencapaian masa depan mereka.
Sumber dikutip: Jejak Yakjuj dan Makjuj dalam Inskripsi Yahudi (Wisnu Sasongko),
Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia (Z.A. Maulani)
Note: Ada beberapa kata diubah, ditambah dan dihilangkan tapi tidak mengubah makna kalimat.
*Merupakan tambahan dari penulis (Wisnu Sasongko).